LANGIT7.ID-Jakarta; Bagi pengidap asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), dosis lebih tinggi dari suntikan antibodi yang sudah ada dapat menjadi terobosan besar. Hal tersebut diungkapkan dalam hasil uji klinis terbaru.
Menurut penelitian yang dilakukan tim dari Universitas Oxford dan King’s College London, satu suntikan antibodi monoklonal bernama benralizumab terbukti lebih efektif dibandingkan tablet steroid standar dalam mengatasi serangan asma atau PPOK.
Melansir Medical Daily, serangan atau flare-up terjadi ketika gejala asma tiba-tiba memburuk, seperti sesak napas, rasa sesak atau nyeri di dada, batuk, dan mengi. Faktor pemicunya meliputi infeksi pernapasan, paparan asap, udara panas dan lembab, atau serbuk sari.
Benralizumab saat ini digunakan untuk mengurangi peradangan pada kasus asma berat dengan menargetkan sel darah putih spesifik yang disebut eosinofil.
Penelitian terbaru menemukan bahwa penggunaan dosis lebih tinggi dari obat ini untuk mengatasi eksaserbasi eosinofilik dapat mengurangi kebutuhan pengobatan lanjutan hingga 30 persen.
Peserta yang mendapatkan benralizumab menunjukkan perbaikan pada gejala pernapasan, seperti berkurangnya batuk, mengi, sesak napas, dan dahak, setelah 28 hari. Selain itu, benralizumab memiliki tingkat kegagalan pengobatan empat kali lebih rendah dibandingkan kelompok yang hanya mendapat prednisolon.
“Pengobatan dengan suntikan benralizumab membutuhkan waktu lebih lama untuk gagal, yang berarti lebih sedikit kunjungan ke dokter atau rumah sakit. Selain itu, ada peningkatan kualitas hidup bagi penderita asma dan PPOK," ujarnya.(*)
(lam)