LANGIT7.ID-Riyadh; "Haram. Haram. Haram." Dengan tiga kata tegas itu, CEO Riyadh Air Tony Douglas menegaskan kurangnya konektivitas global langsung di Arab Saudi tidak dapat diterima, dan sudah saatnya untuk memperbaikinya.
Berbicara di Forum Sektor Swasta PIF pada rabu lalu, Douglas tidak bisa menahan diri. "Kita tidak dapat melakukan perjalanan langsung dari Riyadh ke Tokyo, ke Shanghai, ke Seoul, ke Sydney — daftarnya terus bertambah," katanya.
Yang lebih buruk, penumpang warga Saudi malah mengandalkan maskapai asing. "Penumpang premium nomor satu untuk Qatar Airways — kelas bisnis dan kelas satu — adalah pemegang paspor Saudi. Nomor tiga di Emirates? Pemegang paspor Saudi," ungkapnya.
Bahkan Douglas sendiri terpaksa terbang dengan Emirates minggu depan untuk menghadiri FII Miami. "Mengapa? Karena tidak ada konektivitas langsung dari Riyadh. Haram. Haram. Haram."
Namun, ia bersumpah, itu akan segera berubah. "Mandat ada di Riyadh, dan kami akan memperbaikinya untuk warga Kerajaan."
Rencana ambisius Riyadh Air untuk menghubungkan 100 kota pada tahun 2030 hanyalah permulaan. Douglas membayangkan masa depan di mana para penumpang warga Saudi tidak lagi bergantung pada hub asing, di mana Riyadh menjadi gerbang global sejati, dan di mana "haram" tidak lagi berlaku untuk konektivitas udara di Kerajaan.
Dalam ajaran Islam, "haram" mengacu pada segala sesuatu yang dilarang keras atau tidak dapat diterima. Dengan menggunakan istilah yang begitu kuat, Douglas menggarisbawahi urgensi untuk memperbaiki pembatasan perjalanan udara di Arab Saudi.(*/saf/saudigazette)
(lam)