LANGIT7.ID-Program golek garwo atau cari jodoh yang digelar di Masjid Sheikh Zayed Solo ternyata banyak diikuti anak muda (milenial dan gen Z) dengan profesi menarik, seperti dokter sampai PNS.
Hal ini disampaikan Direktur Operasional Masjid Raya Sheik Zayed, Munajat.
"Secara umur didominasi yang muda. Ada memang di atas 50, tapi kebanyakan 20-40. Lebih banyak perjaka, duda juga ada,"
"Pengen cepat nikah (yang muda). Rata-rata pengen nikah tahun ini," ujar Munajat.
Selain usia yang mengikuti, profesi para peserta mencari jodoh yang diadakan pada Sabtu-Minggu, 8-9 Maret tersebut juga menarik.
Ada profesi-profesi yang disebut 'mantu idaman' karena memiliki pekerjaan impian keluarga.
Munajat mengatakan, dari pendaftar, ada juga PNS dan dokter misalnya, ikut program ini.
Munajat mengatakan, sekitar 400 peserta hadir pada sesi perkenalan kali ini.
Pada sesi perkenalan kali ini para peserta diberi kesempatan untuk mengenalkan dirinya di hadapan peserta lain.
Tiap peserta pun bisa mengincar siapa yang diminati untuk dinikahi.
“Ini baru matching mengincar siapa. Nanti difasilitasi termasuk caranya bagaimana yang islami. Habis itu banyak yang mandiri. Kita memberikan tips islami yang efektif efisien mendapatkan jodoh yang pas,” terangnya.
Para peserta juga tak sedikit yang diantar oleh keluarganya. Mereka boleh mendampingi meski tak diperbolehkan masuk ke ruangan saat acara diadakan.
Hingga kini, Masjid Zayed sudah menerima 1.200 orang pendaftar. Mereka telah mendaftar 15 Februari-5 Maret 2025 lalu.
Program mencari jodoh atau golek garwo di Masjid Zayed Solo merupakan kerja sama dengan Kemenag Kota Surakarta dan Fortais Indonesia Yogyakarta yang sudah lama melakukan pengabdian sosial menjodohkan orang dengan program Golek Garwo-nya.
Ketua Fortais Yogyakarta Ryan Budi Nuryanto mengungkapkan, penyelenggaraan program Golek Garwo diselenggarakan di Masjid Sheikh Zayed karena tingginya antusias warga Solo.
"Program ini sudah berlangsung sejak 2011 dan berhasil memfasilitasi 18 ribu pasangan," ujarnya.
Ryan juga mengatakan, fenemona di mana sebagian kaum muda sudah mulai “kurang” menjadikan pernikahan sebagai prioritas utama dari kehidupannya.
Baik itu karena ingin menunggu kemapanan ekonomi, mengejar karir, kesulitan menemukan pasangan, dan lain sebagainya.
Bahkan, pertanyaan kepedulian seperti “kapan nikah, atau kapan rabi”, justru dianggap sebagai bulian.
"Di samping itu, segenap pengurus Masjid Sheikh Zayed juga miris dengan maraknya pemberitaan pergaulan bebas, tanpa ikatan, dan semacamnya.(*)
(hbd)