Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 31 Oktober 2025
home sosok muslim detail berita

Ahmad Fuadi, Santri Mendunia yang Sebarkan Inspirasi Lewat Novel Best Seller

Muhajirin Selasa, 05 Oktober 2021 - 16:44 WIB
Ahmad Fuadi, Santri Mendunia yang Sebarkan Inspirasi Lewat Novel Best Seller
Setelah menulis novel best seller, Ahmad Fuadi makin melanglang buana keliling dunia. Salah satunya ia sempat berkunjung ke Baitul Maqdis, Yerusalem (foto: instagram/@afuadi)
LANGIT7.ID - Pernah baca novel atau nonton film Negeri Lima Menara? sosok di balik novel best seller itu merupakan santri Pondok Modern Darussalam Gontor. Namanya Ahmad Fuadi. Ia lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat pada 30 Desember 1973.

Merantau ke pulau Jawa untuk mondok tak sia-sia. Ia berhasil banyak mendapatkan beasiswa di luar negeri dan menjadi penulis novel ternama.

Ia nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur setelah lulus Sekolah Menengah Pertama. Di sana, ia tak hanya mengenal ilmu agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan. Bahkan dan bahasa internasional, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, ia kuasai.

Ahmad Fuadi menyelesaikan pendidikan di Pondok Gontor pada 1992. Ia banyak belajar saat menjadi santri. Belajar tentang keikhlasan, ilmu hidup dan ilmu akhirat. Di pondok itu ia mendapat banyak pesan dan nasihat dan guru dan ustadznya. Sebuah pesan yang melahirkan segudang prestasi.

Ada dua pesan yang diingat Ahmad Fuadi selama masih nyantri yakni ‘man jadda wajada’ (barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan menemui kesuksesan) dan ‘orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling banyak manfaat’.

Pesan-pesan tersebut menjadi prinsip hidup. Guru-guru di pesantren tersebut sering memperdengarkan kepada santri radio berbahasa Arab dan Inggris. Dari situ ia termotivasi untuk belajar hingga ke luar negeri.

Ia juga terinspirasi dengan nasehat pendiri Gontor Almarhum KH Ahmad Sahal. "Indonesia omahku, Asia tegal sawahku, Eropa planconganku," artinya "Indonesia adalah rumahku, Asia adalah pekarangan kebunku dan Eropa adalah tempat melancongku," kata KH Ahmad Sahal.

Maka Ahmad Fuadi memulai perjalanan keilmuan dan penjelajahannya dengan kuliah mengambil jurusan Hubungan Internasional (HI) di Universitas Padjajaran, Bandung. Sebelum lulus S1, ia sempat mengikuti program ASEAN Student Gathering di University of Singapore. Ia juga pernah mewakili Indonesia dalam program Youth Exchange Program di Quebec, Kanada pada 1995-1996.

Lulus S1 dari Unpad, ia bekerja paruh waktu sebagai wartawan Tempo, Voice of America (VOA). Lantara berprestasi, ia mendapat beasiswa S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Ia juga pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi The Nature Conservacy pada 2007.

Perjalanannya itu menjadi inspirasi Ahmad Fuadi dalam menulis novel Negeri Lima Menara. Novel itu diambil dari penggalan-penggalan cerita hidupnya dari pesantren lalu melanglang buana keliling dunia. Ia sulap menjadi cerita fiksi yang menarik para penikmat novel Tanah Air. Melalui novel itu, ia ingin menyampaikan kepada masyarakat, impian dan cita-cita tidak selamanya harus menjadi angan-angan. Semua bisa dicapai dengan kesungguhan dan kerja keras.

Dalam kurun waktu 9 bulan sejak diterbitkan, novel itu sudah terjual sebanyak 100 ribu eksemplar. Sebuah rekor baru untuk semua buku lokal yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Sebagian royalti buku itu ia sisihkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan yang menyediakan sekolah, dapur umum, perpustakaan, dan rumah sakit secara gratis.

Novel itu bisa mengaduk emosi para pembaca. Terutama mereka yang tengah berada di tanah rantau. Ada bagian sangat menyentuh hati saat cerita sampai pada kerinduan tokoh Alif menyeruak pada sosok emaknya.

“Dan di saat hatiku rusuh dan nyeri beliau selalu datang dengan sepotong senyum yang sanggup merawat hatiku yang buncah”, itulah deskripsi tentang emaknya bagi seorang Alif.

Selain kata ‘man jadda wajada’, ada pula kalimat populer lain yakni 'Ajtahidu fauqa mustawal akhar' (berjuang di atas usaha orang lain) yang memacu semangat Alif untuk terus belajar kala terbetik hati ingin menyerah. Intinya, cerita dalam novel mampu membangkitkan motivasi dan semangat untuk terus mengejar cita-cita.

Lewat novel, Ahmad Fuadi tak hanya menyampaikan pengalamannya saat nyantri atau di luar negeri, tapi juga menyebarluaskan kultur pesantren ke publik sehingga semakin banyak anak muda ingin nyantri. Begitulah cara Ahmad Fuadi berdakwah.

Perjalanan hidup Ahmad Fuadi dari pesantren hingga bisa keliling dunia, bisa menjadi contoh baik untuk anak muda, terutama bagi para santri di Indonesia.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 31 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:55
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan