LANGIT7.ID–Jakarta; Fenomena panas ekstrem kembali menyelimuti sebagian besar wilayah Indonesia hari ini, Selasa (21/10/2025). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa radiasi ultraviolet (UV) yang tinggi menjadi penyebab utama meningkatnya suhu dan risiko gangguan kesehatan masyarakat.
Senior Forecast BMKG Soenardi menjelaskan, tren cuaca panas ekstrem ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober bahkan bisa berlanjut sampai awal November 2025. “Khususnya di wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Kemudian, Kalimantan Barat, sebagian wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara maupun di wilayah Jayapura dan Papua perlu diwaspadai apabila masyarakat beraktivitas di luar,” ujar Soenardi dalam keterangannya, dikutip Selasa (21/10/2025).
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak meremehkan paparan sinar matahari, terutama bagi yang memiliki kulit sensitif atau riwayat penyakit kulit. “Bisa menggunakan tabir surya, sering untuk minum air agar terhindar dari dehidrasi,” pesannya.
BMKG mencatat sinar matahari dengan intensitas paling terik akan menyelimuti wilayah Jawa Barat bagian selatan hingga Jawa Tengah, terutama sekitar pukul 12.00 WIB. Berdasarkan hasil pengamatan terbaru, indeks UV tinggi mulai muncul sejak pukul 09.00 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 11.00–12.00 WIB di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Kalimantan Tengah.
Sementara itu, intensitas UV mulai menurun sekitar pukul 14.00 WIB seiring pergeseran posisi matahari. Kondisi ini menunjukkan paparan radiasi sinar UV berada pada kategori ekstrem dan dapat meningkatkan risiko kesehatan seperti iritasi kulit atau kelelahan akibat panas.
Selain ancaman panas ekstrem, BMKG juga mendeteksi adanya aktivitas siklon tropis yang masih memengaruhi pola cuaca nasional. Prakirawan Cuaca BMKG Satriana Roguna menyampaikan bahwa “terpantau berada di Laut Cina Selatan sebelah tenggara Pulau Hainan, Cina dengan kecepatan angin maksimum 55 knot dan tekanan minimum sebesar 992 hPa dan arah pergerakan ke arah barat,” ungkap Satriana Roguna dalam keterangan resminya.
Ia menambahkan, sirkulasi siklonik juga teridentifikasi di Samudra Pasifik Utara Pulau Halmahera dan di Laut Jawa bagian timur. “Pertemuan angin memanjang di Pulau Halmahera, di laut Sulawesi, di Samudra Pasifik Utara Papua Barat, di Laut Jawa bagian barat, dan juga di Laut Flores,” tuturnya.
Menurut Satriana Roguna, interaksi pertemuan angin tersebut dapat meningkatkan pembentukan awan hujan di sekitar pusat sirkulasi siklonik dan di sepanjang jalur konvergensi.
Berdasarkan laporan BMKG, berikut sebaran wilayah dengan potensi hujan hari ini, Selasa (21/10): Aceh (hujan lebat–sangat lebat), Bali (hujan lebat–sangat lebat disertai angin kencang), Banten (hujan sedang–lebat), Bengkulu (hujan sedang–lebat), DKI Jakarta (hujan sedang–lebat), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (hujan lebat–sangat lebat). Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua dengan intensitas beragam.
BMKG mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem ganda—yakni suhu panas tinggi dan potensi hujan lebat—karena perubahan atmosfer dapat terjadi secara cepat dan tidak menentu.
(lam)