Langit7, Jakarta - Ikan hias diyakini menjadi ladang uang bagi pelaku bisnis. Sebab, selalu lahir pecinta ikan hias baru dari kalangan pehobi.
Apalagi, pehobi ikan hias rela merogoh kantung cukup dalam hanya untuk mendapatkan satu jenis ikan hias berkualitas. Seperti yang belakangan sedang naik daun, yakni ikan hias predator dari golongan gabus-gabusan atau channa.
Hal itu dimanfaatkan muslim asal Depok, Abel Wahyudi untuk meramaikan pasar ikan hias predator. Melalui usahanya Irabelco Fish & Tank, Abel memasarkan beberapa jenis channa lokal.
"Kita berdiri belum lama, baru tahun 2020 lalu. Di sini kita menjual channa atau jenis gabus yang khusus kita datangkan langsung dari Kalimantan," ujarnya dikanal Youtube Ferdinand Pandu Nirwana.
Baca juga: Ketua DPR Dorong Petani Melek Teknologi untuk Tingkatkan ProduksiAdapun jenis yang dipasarkan Irabelco Fish & Tank yakni jenis channa marulioides dengan varian yellow, red, dan green. Ketiganya pun memiliki harga berbeda tergantung ukuran, mulai dari Rp80-200 ribu.
Bahkan, satu
channa marulioides bisa dikatakan sempurna jika memenuhi seluruh karakteristik kontes, seperti ukuran cukup besar, warna yang pekat, dan motif banyak. Ia menyebutkan, channa seperti ini bisa dihargai hingga Rp10-20 juta.
Selain ukuran, faktor lain yang juga mempengaruhi nilai jual dari channa yakni kualitas warna dan motif. Semakin pekat warna dan banyaknya motif maka akan membuat channa memiliki nilai jual lebih tinggi.
Abel mengaku, selain karena sedang naik daun, di tengah puncak pandemi Covid-19 tahun lalu ternyata juga berdampak pada penjualan nelayan ikan gabus di Kalimantan. Untuk itu, ia berupaya membantu mereka dengan menampung segala hasil panennya.
"Kita coba bantu kehidupan nelayan supaya ikan hasil tangkapan mereka di sungai Kalimantan ini bisa naik nilainya. Dari yang tadinya ikan konsumsi sekarang menjadi ikan hias, otomatis harganya juga terangkat lebih tinggi," katanya.
Baca juga: Menperin: Indonesia Siap Jadi Basis Produksi Sepeda Motor VespaWalaupun banyak beredar channa impor, tapi Abel tetap kekeh untuk hanya berkutat pada channa lokal. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan taraf hidup kesejahteraan nelayan di tengah krisis ekonomi global.
"Jadi kenapa harus impor kalau kita bisa membantu ekonomi warga kita sendiri yang sedang terpuruk. Tapi memang tidak menutup kemungkinan jika perekonomian sudah membaik kita impor juga," jelasnya.
(zul)