LANGIT7.ID-Jakarta; Butuh hampir lima dekade bagi filosofi pembinaan atlet milik keluarga Hartono untuk merambah ke dunia sepak bola Eropa. Berawal dari PB Djarum yang didirikan tahun 1974—cikal bakalnya sendiri bermula dari sebuah fasilitas sederhana untuk latihan bulu tangkis di kompleks pabrik pada 1969—hingga kini metode serupa diterapkan untuk menghidupkan kembali klub Como 1907 yang pernah terpuruk di divisi keempat Liga Italia.
Apa yang membuat metode pembinaan ini berhasil? Kuncinya adalah kesabaran dan visi jangka panjang. "Ini adalah proyek berkelanjutan, bukan pencarian kesuksesan instan," terang Mirwan Suwarso, CEO Mola TV yang juga menjadi perwakilan pemilik Como.
Filosofi ini bukan sekadar kata-kata indah, melainkan strategi yang telah terbukti dengan lahirnya atlet-atlet bulu tangkis kelas dunia dari PB Djarum selama puluhan tahun.
Akuisisi Como seharga 800 ribu euro oleh konglomerat Indonesia mungkin terlihat seperti investasi kecil bagi grup yang kekayaannya mencapai 50,3 miliar dolar AS. Namun di balik angka tersebut, terselip ambisi besar: mentransplantasi keberhasilan pembinaan olahraga dari Indonesia ke jantung sepak bola Italia.
Transformasi Como dalam lima tahun terakhir memang luar biasa. Dari klub yang nyaris dilupakan di Serie D, kini mereka kembali ke Serie A setelah absen 21 tahun dan mulai menarik perhatian dengan mengalahkan klub-klub besar seperti Fiorentina (2-0) dan Napoli (2-1) dalam waktu berdekatan.
Grup Djarum menerapkan pendekatan yang berbeda dari pemilik klub pada umumnya. Mereka tidak hanya menyuntikkan dana besar—seperti terlihat dari investasi 40 juta pound untuk delapan pemain baru pada Januari 2025—tetapi juga membangun struktur klub yang solid dan berkelanjutan, meniru model sukses seperti yang diterapkan Atalanta dengan akademi pemain mudanya.
Kolaborasi dengan legenda sepak bola seperti Thierry Henry dan Cesc Fabregas menunjukkan bahwa Como tidak hanya membeli nama besar, tapi juga pengetahuan dan pengalaman. Strategi ini mirip dengan program Garuda Select yang juga didukung oleh grup yang sama untuk pengembangan bakat muda Indonesia.
Talenta seperti Assane Diao, yang bergabung Januari lalu dan langsung mencetak gol dalam lima dari delapan pertandingan pertamanya, menunjukkan bahwa strategi rekrutmen Como mulai membuahkan hasil. Begitu juga dengan kehadiran Dele Alli, mantan bintang Tottenham yang kini diberi kesempatan untuk bangkit kembali.
"Kami identifikasi masalah dari akar, bangun fondasi yang kuat, lalu kembangkan secara bertahap," jelas Mirwan tentang pendekatan Como. Meski kini berada di posisi ke-13 klasemen, tren positif terlihat jelas dan penggemar mulai menaruh harapan, terutama menjelang pertandingan mendatang melawan Roma—tim yang pernah mereka kalahkan pada Desember lalu.
Keberhasilan Grup Djarum dalam mengintegrasikan filosofi pembinaan atlet ke dalam sepak bola Italia menjadi studi kasus menarik. Tidak banyak entitas bisnis yang mampu menerjemahkan kesuksesan dari satu cabang olahraga ke cabang lainnya, terlebih di benua yang berbeda. Namun Como 1907 membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, keajaiban bisa terjadi bahkan di industri sepak bola yang sangat kompetitif.
Perjalanan dari sebuah perusahaan rokok yang mendukung bulu tangkis hingga menjadi pemilik klub sepak bola di Italia mencerminkan evolusi bisnis olahraga modern. Yang paling mengesankan, di tengah industri yang sering mengejar hasil instan, Como justru mengambil rute yang berbeda dengan membangun dari bawah—sebuah pendekatan yang mungkin akan menjadi model baru dalam pengelolaan klub sepak bola di masa depan.
(lam)