home masjid

Jihad di Tengah Riuh Dunia: Membaca Quraish Shihab di Zaman Kompetisi

Rabu, 29 Oktober 2025 - 16:15 WIB
Prof Quraish Shihab. Foto/Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Di tengah dunia yang kian gaduh—ketika kata “perjuangan” sering direduksi menjadi slogan politik dan perebutan kuasa—tafsir lama kembali bergetar dari lembar-lembar kitab. Dalam Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Penerbit Mizan), Prof. Dr. M. Quraish Shihab menulis tenang namun tegas: “Allah mengilhami jiwa manusia dengan kedurhakaan dan ketakwaan.” (QS Asy-Syams [91]: 8)

Artinya, di dalam setiap manusia bersarang dua daya yang saling tarik-menarik: kebajikan dan keburukan. Begitu pula dengan masyarakat dan negara—dua ruang yang tak steril dari hasrat dan kebajikan yang bersilang.

Quraish menafsirkan ayat itu bukan sekadar teologis, melainkan sosiologis: manusia adalah arena pertarungan abadi antara nurani dan nafsu, dan negara hanyalah cermin dari jiwa kolektif itu.

Ketika kesewenang-wenangan berkuasa, kebajikan akan menjerit dan memanggil siapa pun yang masih memiliki telinga nurani.

Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya.” (QS Al-Anbiya’ [21]: 18)

Quraish menafsirkan ayat ini sebagai hukum sejarah yang pasti—bahwa kebatilan tidak akan abadi, karena fitrah manusia menolak hidup dalam kegelapan.

Namun, kemenangan kebenaran tak datang dengan sendirinya. “Ia mesti diperjuangkan,” tulis Quraish. Dari sinilah, istilah jihad memperoleh makna sejatinya.
Baca Selanjutnya
Bagikan artikel ini:
Berita Lainnya
berita lainnya