Datuk Mazlan bin Ahmad: Dunia Akan Berkah Jika Manusia Hidup dengan Nilai Rahmatan lil ‘Alamin
Nabil
Rabu, 12 November 2025 - 12:18 WIB
Group Executive Chairman of Capital Investment Bank, Malaysia, Datuk Dr. H. Mazlan bin Ahmad. Foto: Langit7.id
LANGIT7.ID–Jakarta; Group Executive Chairman of Capital Investment Bank, Malaysia, Datuk Dr. H. Mazlan bin Ahmad, menyerukan agar dunia memahami kembali makna keberlanjutan global melalui nilai-nilai spiritual. Ia menegaskan bahwa keberlanjutan sejati tidak cukup diukur dengan indikator ekonomi dan lingkungan, tetapi harus berlandaskan Barakah — keberkahan dari Tuhan.
“Makna paling dekat dari keberlanjutan sebenarnya tidak lain adalah Barakah. Ketika kita meraih Barakah dalam hidup, sebagai orang tua, pemilik perusahaan, pemimpin negara, atau sebagai warga dunia, maka Barakah berarti kita mendapatkan keberkahan, cinta, dan kedamaian dari Sang Pencipta,” ujarnyadiWorld Peace Forumke-9, Grand Sahid Jaya, Jakarta, yang dihadiri tokoh lintas agama dan akademisi dunia, dikutip Rabu (12/11/2025).
Menurutnya, Barakah adalah bentuk tertinggi dari keberlanjutan karena mengandung keseimbangan antara aspek intelektual, emosional, dan spiritual manusia. “Kita harus memiliki kecerdasan intelektual terbaik, kedewasaan emosional terbaik, dan tentu saja spiritualitas tertinggi. Apa pun yang kita lakukan harus selalu terhubung dengan Tuhan, Sang Pencipta,” tuturnya.
Baca juga: Prof. Amin Abdullah: Dunia Tak Butuh Slogan Damai, Tapi Pendidikan yang Mencetak Kedamaian
Datuk Mazlan juga menekankan pentingnya mengubah pola pikir umat agar berlandaskan nilai Rahmatan lil ‘Alamin. Ia menjelaskan bahwa produk dan layanan yang dihasilkan umat Muslim harus memiliki standar global agar bermanfaat bagi seluruh manusia. “Kita ini Rahmatan lil ‘Alamin. Jika kita menghasilkan suatu produk atau layanan, maka produk itu harus berskala internasional dan berstandar global. Kita harus berbagi kebaikan dari nilai Rahmatan lil ‘Alamin kepada seluruh dunia,” tegasnya.
Selain itu, ia memaparkan tiga hal penting untuk mencapai keberlanjutan dan Barakah dalam kehidupan modern: perubahan pola pikir, digitalisasi, dan semangat kewirausahaan. “Untuk mencapai kemakmuran, kita tidak punya pilihan lain selain tiga hal: perubahan pola pikir, digitalisasi, dan mentalitas kewirausahaan,” jelasnya.
Baca juga:Pramono Anung: Wasatiyyat Islam dan Budaya Tionghoa Mengajarkan Kedamaian dan Keseimbangan
“Makna paling dekat dari keberlanjutan sebenarnya tidak lain adalah Barakah. Ketika kita meraih Barakah dalam hidup, sebagai orang tua, pemilik perusahaan, pemimpin negara, atau sebagai warga dunia, maka Barakah berarti kita mendapatkan keberkahan, cinta, dan kedamaian dari Sang Pencipta,” ujarnyadiWorld Peace Forumke-9, Grand Sahid Jaya, Jakarta, yang dihadiri tokoh lintas agama dan akademisi dunia, dikutip Rabu (12/11/2025).
Menurutnya, Barakah adalah bentuk tertinggi dari keberlanjutan karena mengandung keseimbangan antara aspek intelektual, emosional, dan spiritual manusia. “Kita harus memiliki kecerdasan intelektual terbaik, kedewasaan emosional terbaik, dan tentu saja spiritualitas tertinggi. Apa pun yang kita lakukan harus selalu terhubung dengan Tuhan, Sang Pencipta,” tuturnya.
Baca juga: Prof. Amin Abdullah: Dunia Tak Butuh Slogan Damai, Tapi Pendidikan yang Mencetak Kedamaian
Datuk Mazlan juga menekankan pentingnya mengubah pola pikir umat agar berlandaskan nilai Rahmatan lil ‘Alamin. Ia menjelaskan bahwa produk dan layanan yang dihasilkan umat Muslim harus memiliki standar global agar bermanfaat bagi seluruh manusia. “Kita ini Rahmatan lil ‘Alamin. Jika kita menghasilkan suatu produk atau layanan, maka produk itu harus berskala internasional dan berstandar global. Kita harus berbagi kebaikan dari nilai Rahmatan lil ‘Alamin kepada seluruh dunia,” tegasnya.
Selain itu, ia memaparkan tiga hal penting untuk mencapai keberlanjutan dan Barakah dalam kehidupan modern: perubahan pola pikir, digitalisasi, dan semangat kewirausahaan. “Untuk mencapai kemakmuran, kita tidak punya pilihan lain selain tiga hal: perubahan pola pikir, digitalisasi, dan mentalitas kewirausahaan,” jelasnya.
Baca juga:Pramono Anung: Wasatiyyat Islam dan Budaya Tionghoa Mengajarkan Kedamaian dan Keseimbangan