Yoshihori Shinohara: Nilai Wasatiyyat Islam Sejalan dengan Falsafah Harmoni Buddha Jepang
Nabil
Kamis, 13 November 2025 - 14:31 WIB
Secretary General of Religions for Peace Asia, Jepang, Rev. Yoshihori Shinohara. Dok: Langit7.id
LANGIT7.ID–Jakarta;Nilai Wasatiyyat dalam Islam ternyata memiliki kesamaan mendalam dengan falsafah harmoni dalam ajaran Buddha di Jepang. Hal itu disampaikan oleh Rev. Yoshihori Shinohara, Secretary General of Religions for Peace Asia asal Jepang, dalam World Peace Forumke-9.
Menurut Shinohara, prinsip moderasi dan keseimbangan yang menjadi inti dari ajaran Wasatiyyat sejalan dengan nilai harmoni yang telah mengakar kuat dalam budaya Jepang sejak berabad-abad lalu. Ia menuturkan bahwa ajaran harmoni menjadi fondasi penting dalam kehidupan bangsa Jepang melalui ajaran Buddhisme yang diperkenalkan sejak awal sejarah negeri itu.
“Konsep ini memiliki kesamaan yang tinggi dengan ajaran Buddha di Jepang. Sekitar 1.500 tahun yang lalu, konstitusi pertama Jepang disahkan oleh Pangeran Shotoku, yang merupakan seorang penganut Buddha yang taat. Prinsip utama dalam konstitusi tersebut menyatakan bahwa kerukunan harus dijunjung tinggi,” ujarnya diWorld Peace Forumke-9, Grand Sahid Jaya, Jakarta, yang dihadiri tokoh lintas agama dan akademisi dunia, dikutip Kamis (13/11/2025).
Baca juga: Datuk Mazlan bin Ahmad: Dunia Akan Berkah Jika Manusia Hidup dengan Nilai Rahmatan lil Alamin
Baca juga:Prof. Amin Abdullah: Dunia Tak Butuh Slogan Damai, Tapi Pendidikan yang Mencetak Kedamaian
Ia menambahkan bahwa semangat harmoni yang dulu menjadi dasar pembentukan bangsa kini mulai menghadapi tantangan akibat berkembangnya sikap eksklusif di masyarakat modern Jepang. “Namun sayangnya, sikap eksklusif kini mulai menyebar di Jepang. Karena itu, diperlukan pembahasan yang lebih mendalam hari ini dan besok,” tuturnya.
Shinohara juga menegaskan bahwa nilai harmoni dan moderasi tidak cukup hanya dibicarakan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menjaga perdamaian. “Dialog bukanlah dialog tanpa tindakan,” tegasnya.
Menurut Shinohara, prinsip moderasi dan keseimbangan yang menjadi inti dari ajaran Wasatiyyat sejalan dengan nilai harmoni yang telah mengakar kuat dalam budaya Jepang sejak berabad-abad lalu. Ia menuturkan bahwa ajaran harmoni menjadi fondasi penting dalam kehidupan bangsa Jepang melalui ajaran Buddhisme yang diperkenalkan sejak awal sejarah negeri itu.
“Konsep ini memiliki kesamaan yang tinggi dengan ajaran Buddha di Jepang. Sekitar 1.500 tahun yang lalu, konstitusi pertama Jepang disahkan oleh Pangeran Shotoku, yang merupakan seorang penganut Buddha yang taat. Prinsip utama dalam konstitusi tersebut menyatakan bahwa kerukunan harus dijunjung tinggi,” ujarnya diWorld Peace Forumke-9, Grand Sahid Jaya, Jakarta, yang dihadiri tokoh lintas agama dan akademisi dunia, dikutip Kamis (13/11/2025).
Baca juga: Datuk Mazlan bin Ahmad: Dunia Akan Berkah Jika Manusia Hidup dengan Nilai Rahmatan lil Alamin
Baca juga:Prof. Amin Abdullah: Dunia Tak Butuh Slogan Damai, Tapi Pendidikan yang Mencetak Kedamaian
Ia menambahkan bahwa semangat harmoni yang dulu menjadi dasar pembentukan bangsa kini mulai menghadapi tantangan akibat berkembangnya sikap eksklusif di masyarakat modern Jepang. “Namun sayangnya, sikap eksklusif kini mulai menyebar di Jepang. Karena itu, diperlukan pembahasan yang lebih mendalam hari ini dan besok,” tuturnya.
Shinohara juga menegaskan bahwa nilai harmoni dan moderasi tidak cukup hanya dibicarakan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menjaga perdamaian. “Dialog bukanlah dialog tanpa tindakan,” tegasnya.