LANGIT7.ID–Jakarta; Nilai Wasatiyyat dalam Islam ternyata memiliki kesamaan mendalam dengan falsafah harmoni dalam ajaran Buddha di Jepang. Hal itu disampaikan oleh Rev. Yoshihori Shinohara,
Secretary General of Religions for Peace Asia asal Jepang, dalam
World Peace Forum ke-9.
Menurut Shinohara, prinsip moderasi dan keseimbangan yang menjadi inti dari ajaran Wasatiyyat sejalan dengan nilai harmoni yang telah mengakar kuat dalam budaya Jepang sejak berabad-abad lalu. Ia menuturkan bahwa ajaran harmoni menjadi fondasi penting dalam kehidupan bangsa Jepang melalui ajaran Buddhisme yang diperkenalkan sejak awal sejarah negeri itu.
“Konsep ini memiliki kesamaan yang tinggi dengan ajaran Buddha di Jepang. Sekitar 1.500 tahun yang lalu, konstitusi pertama Jepang disahkan oleh Pangeran Shotoku, yang merupakan seorang penganut Buddha yang taat. Prinsip utama dalam konstitusi tersebut menyatakan bahwa kerukunan harus dijunjung tinggi,” ujarnya di
World Peace Forum ke-9, Grand Sahid Jaya, Jakarta, yang dihadiri tokoh lintas agama dan akademisi dunia, dikutip Kamis (13/11/2025).
Baca juga: Datuk Mazlan bin Ahmad: Dunia Akan Berkah Jika Manusia Hidup dengan Nilai Rahmatan lil AlaminBaca juga: Prof. Amin Abdullah: Dunia Tak Butuh Slogan Damai, Tapi Pendidikan yang Mencetak KedamaianIa menambahkan bahwa semangat harmoni yang dulu menjadi dasar pembentukan bangsa kini mulai menghadapi tantangan akibat berkembangnya sikap eksklusif di masyarakat modern Jepang. “Namun sayangnya, sikap eksklusif kini mulai menyebar di Jepang. Karena itu, diperlukan pembahasan yang lebih mendalam hari ini dan besok,” tuturnya.
Shinohara juga menegaskan bahwa nilai harmoni dan moderasi tidak cukup hanya dibicarakan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menjaga perdamaian. “Dialog bukanlah dialog tanpa tindakan,” tegasnya.
Ia menutup dengan ajakan agar nilai-nilai harmoni terus dijaga dan diterapkan dalam kehidupan sosial, demi menciptakan masyarakat yang saling memahami, menghargai, dan hidup berdampingan secara damai.
(lam)