LANGIT7.ID–Jakarta; Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa konsep Islam Wasatiyyat sejatinya telah tertanam dalam struktur bahasa Arab Al-Qur’an. Menurutnya, istilah tersebut tidak sekadar istilah baru, melainkan mencerminkan posisi keseimbangan yang menjadi inti dari makna Islam itu sendiri.
Dalam pandangannya, akar kata “Islam” berasal dari bentuk ruba‘i (empat huruf) yang menempati posisi tengah antara salam (perdamaian) dan istislam (penyerahan total).
“Menurut ilmu falsafah, Islam itu sendiri sudah ruba‘i — di antara salam dan istislam. Jadi, Islam Wasatiyyat itu sebenarnya sudah melekat dalam makna Islam itu sendiri,” ujar Nasaruddin di World Peace Forum ke-9, Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa Al-Qur’an dengan sengaja menggunakan struktur tersebut untuk menunjukkan keseimbangan, bukan ekstremitas. Islam tidak menuntut manusia untuk mencapai tingkat penyerahan mutlak sebagaimana malaikat, namun juga tidak membiarkan manusia bebas tanpa arah moral.
“Sebagai manusia, kita bukan malaikat. Sangat sulit mencapai posisi al-istislam. Karena itu, Al-Qur’an memilih kata Islam — posisi tengah yang realistis dan manusiawi,” tuturnya.
Nasaruddin juga menekankan bahwa konsep Wasatiyyat tidak bisa dilepaskan dari penghormatan Islam terhadap nilai kemanusiaan universal. Ia mengutip ayat Al-Qur’an tentang Bani Adam sebagai bukti bahwa Islam menghargai seluruh umat manusia tanpa batas identitas agama.
“Al-Qur’an menyebut Bani Adam, bukan Bani Muslimin. Itu menandakan Islam menghormati seluruh kemanusiaan,” tegasnya.
Melalui pemahaman tersebut, Nasaruddin menilai Islam Wasatiyyat harus terus dijaga sebagai fondasi utama dalam membangun peradaban damai dan dialog antaragama di tingkat global.
(lam)