Menteri PPPA Minta Waspadai Praktik Child Grooming dari Kasus Gus Elham
Esti setiyowati
Sabtu, 15 November 2025 - 13:58 WIB
Menteri PPPA Minta Waspadai Praktik Child Grooming dari Kasus Gus Elham. Foto: MUI.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan AnakArifah Fauzi mengecam aksi pendakwah asal Kediri, Elham Yahya Luqman atau Gus Elham yang mencium anak perempuan.
Arifah Fauzi mengatakan tindakan Gus Elham itu di luar batas kewajaran dan merupakan perilaku tidak pantas.
"Kami sependapat dengan publik tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan, terlepas dari status atau posisi siapapun yang melakukannya, termasuk mereka yang dianggap sebagai pemuka agama," ujar Arifah dalam keterangannya, dikutip Sabtu (15/11/2025).
Baca juga: Minta Maaf, Gus Elham Berjanji Dakwah Sesuai Norma Agama
Ketua PP Muslimat NU ini meminta masyarakat untuk mewaspadai praktik child grooming. Dari kasus Gus Elham,aksi tersebut seolah wajar karena dilakukan olehpemuka agama yang memiliki posisi dominan dan dipercaya, yang cenderung menciptakan ketimpangan kuasa.
"Relasi kuasa ini kerap dimanfaatkan melalui cara nonfisik seperti bujuk rayu, tekanan emosional atau manipulasi psikologis yang dikenal sebagai child grooming. Pelaku biasanya berusaha menormalisasikan perilaku menyimpang dengan alasan kasih sayang atau kedekatan. Akibatnya, anak bisa merasa bersalah, bingung, dan mengalami trauma jangka panjang," tegasnya.
Arifah Fauzi mengatakan tindakan Gus Elham itu di luar batas kewajaran dan merupakan perilaku tidak pantas.
"Kami sependapat dengan publik tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan, terlepas dari status atau posisi siapapun yang melakukannya, termasuk mereka yang dianggap sebagai pemuka agama," ujar Arifah dalam keterangannya, dikutip Sabtu (15/11/2025).
Baca juga: Minta Maaf, Gus Elham Berjanji Dakwah Sesuai Norma Agama
Ketua PP Muslimat NU ini meminta masyarakat untuk mewaspadai praktik child grooming. Dari kasus Gus Elham,aksi tersebut seolah wajar karena dilakukan olehpemuka agama yang memiliki posisi dominan dan dipercaya, yang cenderung menciptakan ketimpangan kuasa.
"Relasi kuasa ini kerap dimanfaatkan melalui cara nonfisik seperti bujuk rayu, tekanan emosional atau manipulasi psikologis yang dikenal sebagai child grooming. Pelaku biasanya berusaha menormalisasikan perilaku menyimpang dengan alasan kasih sayang atau kedekatan. Akibatnya, anak bisa merasa bersalah, bingung, dan mengalami trauma jangka panjang," tegasnya.