LANGIT7.ID - , Jakarta - Non-Muslim dunia mengambil bagian dalam dua tantangan Ramadhan sebagai bentuk solidaritas melawan gelombang Islamofobia yang makin meningkat. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk meningkatkan toleransi dan pemahaman beragama.
World Hijab Day Organization menggelar inisiatif tahunan
Fast For Unity dan
30-Day Ramadan Hijab Challenge, untuk melawan diskriminasi terhadap umat Muslim. Masyarakat di lebih dari 25 negara mengambil bagian dari inisiatif yang dilangsungkan sejak hari pertama Ramadhan ini.
Baca juga: Terima Tamu Non-Muslim di Siang Hari Ramadhan, Wajib Beri Makan"Tantangan puasa (
fast for unity) mengundang non-Muslim untuk berpuasa selama satu, dua, 10 atau 30 hari untuk mengalami bagaimana Muslim berpuasa dan melakukan perjalanan spiritual refleksi diri, disiplin diri, dan mengambil sikap melawan Islamofobia,” jelas organisasi nirlaba ini seperti dikutip dari Arab News, Jumat (29/4/2022).
Penyanyi asal Inggris, Kate Stables, merupakan salah satu non-Muslim yang mengambil bagian dari tantangan ini. Ia mengatakan, melalui Instagram pribadinya, bahwa ini adalah tahun kedua dirinya mengikuti tantangan berpuasa.
"Saya menemukan banyak hal yang bisa dipelajari selama sebulan dan meluangkan waktu untuk memikirkan apa yang sudah saya lakukan pada orang-orang sekitar saya," jelas Stables.
“Dan seperti namanya, #FastForUnity adalah inisiatif untuk membongkar Islamofobia. Bergabunglah dengan komunitas kami, bersama tanpa memandang agama atau perbedaan. Lebih banyak penerimaan dan empati semuanya, saya mohon.”
Sementara tantangan hijab (
hijab challenge) atau dikenal dengan #Hijab30, mulai dilakukan di tahu 2014. Tantangan ini mengajak perempuan dari semua latar belakang etnis untuk memakai hijab selama 30 hari.
Baca juga: Benarkah Non-Muslim Dilarang Masuk Masjid? Ini Pandangan 4 UlamaTujuan dari tantangan ini adalah untuk mengambil sikap mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan berhijab dan menghormati pilihan setiap individu.
Organisasi di balik tantangan ini berbasis di New York dan didirikan pada 2013. Organisasi ini menyelenggarakan Hari Jilbab Sedunia pada 1 Februari setiap tahun, sebagai pengakuan atas jutaan wanita Muslim yang memilih untuk mengenakan penutup kepala tradisional, bersama dengan sejumlah inisiatif lainnya.
Mereka juga meluncurkan kampanye penggalangan dana untuk mendukung upaya membina lingkungan yang sehat bagi pelajar Muslim di AS, dan mengatakan bahwa ada peningkatan donasi selama 10 hari terakhir Ramadhan.
Hari-hari terakhir bulan suci ini memiliki makna khusus bagi umat Islam, karena peristiwa Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad pada salah satu hari itu.
The World Day Organization mengatakan sebuah laporan yang diterbitkan Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang Massachusetts pada 2021 lalu mengungkapkan adanya kekerasan secara verbal dan fisik yang terjadi pada siswa Muslim di AS.
"Laporan itu mengungkapkan bahwa 61 persen siswa Muslim di AS telah diejek, dilecehkan secara verbal, atau dilecehkan secara fisik karena keyakinan Muslim mereka.” katanya.
Ia menambahkan bahwa survei berjudul American Muslim Poll yang diterbitkan oleh Institute for Social Policy and Understanding mengatakan: “30 persen siswa Muslim mengatakan bahwa seorang guru atau pejabat sekolah lainnya adalah sumber intimidasi.”
Untuk mengubah statistik tersebut, World Hijab Day membuka donasi sebagai bentuk support. Dalam unggahan di media sosialnya, organisasi hari hijab dunia ini menuliskan "Donasi 10 dollar atau lebih untuk membawa perubahan."
Baca juga: 5 Maskapai Negara Non-Muslim Ini Sediakan Menu HalalDonasi tersebut nantinya akan digunakan untuk mengadakan
workshop edukasi untuk mengkampanyekan lingkungan yang aman, sehat, dan inklusig bagi siswa Muslim.
“Dan memberikan alat bagi administrator sekolah dan guru untuk menghancurkan kefanatikan, diskriminasi, dan prasangka, yang pada akhirnya akan membantu seluruh kelas mereka belajar, lebih baik," tutupnya.
(est)