LANGIT7.ID-, Jakarta- -
Teknologi digital berkembang dengan pesat, para dai atau pendakwah harus mengasah kreativitas dan inovasi. Gaya hidup dan pola komunikasi masyarakat terus berubah, para dai dituntut untuk menemukan cara baru yang menarik dan relevan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan.
Para dai perlu memanfaatkan kemajuan teknologi digital seperti media sosial, podcast, dan platform online lain untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. Kreativitas para dai dapat menjembatani kesenjangan generasi dan memastikan pesan-pesan agama tetap terhubung dengan perkembangan zaman yang terus berubah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengatakan, di era revolusi teknologi, media sosial (medsos) bukan lagi realitas maya, tapi sudah menjadi realitas nyata. Saat realitas kehidupan sangat dipengaruhi teknologi dengan segala derivasinya, maka para dai tidak boleh lepas dari era tersebut.
Baca juga:
Presiden Jokowi Lantik Budi Arie Setiadi Jadi Menkominfo"Muhammadiyah tidak akan lepas dari era itu (revolusi teknologi) dan harus bisa hidup dengan melahirkan karya kemajuan yang mempengaruhi realitas tersebut, bukan dipengaruhi," ujar Haedar dalam rakernas Majelis Pustaka dan Informasi (MP) PP Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, dikutip Senin (17/7/2023).
Oleh karena itu, para dai harus adaptif, tapi tidak larut di dalam sistem. Khususnya dalam dakwah, para da'i perlu adaptif dengan memperdalam ilmu tentang teknologi serta merubah penampilan lebih keren dan memiliki pembawaan materi yang kreatif.
"Kita harus adaptif tapi tidak membuat kita larut di dalam sistem. Kemampuan kita mengintegrasikan digital di Muhammadiyah ke dalam kemampuan kepemimpinan," ucap Haedar.
Kemampuan memelihara pola yang sudah dibangun harus dirawat. Dalam hal ini, MPI menjadi organ Muhammadiyah yang bisa mendinasmisasikan dan mengkapitalisasi proses baru di era saat ini. MPI bisa memproduksi berbagai macam konten, sajian dan karya yang bersifat inovatif, inspiratif, informatif bagi ruang publik.
Baca juga:
Alhamdulillah! Jepang Izinkan Azan Berkumandang di Masjid“Kita perlu bikin karya-karya inspiratif. Sekarang ini eranya itu,” kata Haedar. Sehingga, Muhammadiyah perlu juga melahirkan mubaligh keren untuk anak- anak muda di berbagi platform media terkini. “Tampilannya jangan jadul, speaker yang bagus,” katanya.
Haedar menjelaskan, para dai harus adaptif dengan tetap pada ruh atau substansi dakwah, tidak terseret arus media sosial. Pesan-pesan agama disampaikan secara keren berbasis kokohnya ilmu pengetahuan.
Media sosial sebagai realitas kehidupan, para dai tidak boleh mengabaikan atau bahkan anti media sosial. Berbagai platform harus diisi dengan konten-konten positif yang sarat nilai.
(ori)