LANGIT7.ID-, Jakarta- - Mother Mosque of America memang bukan masjid pertama yang dibangun di Amerika Serikat. Tapi, masjid tersebut banyak mencatat sejarah perkembangan Islam di Negeri Paman Sam dan diakui sebagai salah satu bangunan bersejarah.
Mengutip The National News, di dalam sebuah bangunan kayu kecil di sebuah jalan yang sepi di Cedar Rapids, Iowa, Albert Aossey memandangi sebuah foto hitam-putih yang memperlihatkan sekelompok pemuda Muslim sedang beribadah.
"Barisan paling atas, yang kedua, itu saya," katanya sambil menunjuk seorang pemuda yang mengenakan kaos putih.
Foto tersebut diambil pada 1950-an, tidak jauh dari tempat Aossey (84) berdiri saat ini. Foto itu adalah salah satu dari puluhan foto yang dipajang di ruang bawah tanah Mother Mosque of America, yang mencatat pasang surutnya masjid tertua di Amerika Serikat ini.
Aossey telah memiliki keterkaitan yang erat dengan bangunan persegi sederhana di dekat sudut 9th Street dan M Avenue sejak lahir. Ayahnya, Yahya, datang ke AS dari Nabatieh, wilayah yang sekarang menjadi Lebanon selatan pada 1907, dan kemudian menetap di Cedar Rapids pada 1920-an.
Yahya, yang menggunakan nama William di AS, bekerja sama dengan beberapa Muslim lain dari Levant untuk membangun masjid pertama di Cedar Rapids.
Meskipun Mother Mosque bukanlah masjid pertama yang dibangun di Amerika Serikat (masjid pertama dibangun di Ross, North Dakota pada tahun 1929), Mother Mosque memiliki sejarah yang kaya. Pembangunannya dimulai pada 1929 dan selesai pada 1934, masuk dalam Daftar Tempat Bersejarah Nasional.
Imam Taha Tawil, yang telah memimpin ibadah di masjid tersebut selama lebih dari tiga dekade, menyebut bangunan ini sebagai bangunan yang sangat sederhana karena komunitas Muslim pada waktu itu tidak memiliki keterampilan untuk membuat struktur yang rumit.
Masjid ini memiliki dua lantai, dengan lantai utama digunakan untuk ibadah dan area kecil di bagian belakang untuk berwudu sebelum salat. Tangga sempit mengarah ke ruang bawah tanah, yang berisi dapur kecil, kamar mandi, dan area tempat duduk utama.
Kondisi masjid ini hampir tidak berubah sejak dibangun oleh ayah Aossey hampir 90 tahun yang lalu. Masjid ini dulu menjadi tempat berkumpulnya komunitas Muslim hingga 1970-an, ketika mereka membangun masjid yang lebih besar di tempat lain dan menjual bangunan aslinya.
Pada 1970-an dan 1980-an, bangunan ini menjadi tempat pengungsian bagi warga Kamboja yang melarikan diri dari Khmer Merah, dan kemudian menjadi gereja Pentakosta, sebelum akhirnya rusak. Imam Tawil kemudian berhasil menggalang masyarakat untuk membeli kembali bangunan tersebut dan mengembalikannya menjadi masjid yang berfungsi.
Imam Tawil, berasal dari Yerusalem, menganggap bahwa membangun kembali masjid tersebut adalah cara untuk melestarikan sejarah dan mewariskannya kepada generasi berikutnya. Meskipun masjid ini pernah mengalami serangan Islamofobia setelah serangan 11 September 2001 dan masa pemerintahan Donald Trump, Imam Tawil percaya bahwa masjid ini adalah bukti hubungan yang mendalam antara umat Islam dan Amerika Serikat.
Menurutnya, Mother Mosque adalah entitas dan institusi Amerika yang perlu dijaga, sebagai bukti bahwa umat Islam juga merupakan bagian integral dari masyarakat Amerika.
Bagi Aossey, bangunan ini bukan hanya simbol hubungan dengan ayahnya, tetapi juga dengan kehidupan dan keluarga yang telah membuatnya berakar di Cedar Rapids selama delapan dekade.
“Dia mengajari saya pentingnya kehidupan dan keluarga,” kata Aossey.
(ori)