LANGIT7.ID, Yogyakarta - Ummat Islam di Indonesia belum memahami konsep pembangunan masjid. Justru yang lagi ngetren sekarang, tempat ibadah ini seperti halnya candi-candi yang megah.
Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Ustadz Muhammad Jazir, menekankan agar masjid jangan sampai seperti candi. Secara fisik mewah, tapi tidak mensejahterakan jamaah dan masyarakat di sekitarnya.
Dia mengkritik pemanfaatan infak yang digunakan untuk memegahkan bangunan fisik masjid. Padahal dari pada untuk mempercantik masjid, lebih baik dananya digunakan untuk program pemberdayaan masyarakat.
Baca Juga: Mengenal Pak Nu'man, Arsitek Seribu Masjid dengan Ciri Desain Tanpa Kubah"Kalau orang memasukkan infak ke masjid seharusnya sebesar-besarnya untuk masyarakat bukan untuk bangunan masjid. Kalau infak masjid hanya untuk bangunan sesungguhnya praktiknya meniru candi," katanya dalam webinar Langit7.id belum lama ini.
Ia menceritakan, di masa Hindu-Budha, sumbangan keagamaan digunakan untuk membangun tempat ibadah. Itulah mengapa Wangsa Syailendra dapat membangun Candi Borobudur yang kemegahannya sekarang hanya menjadi tujuan wisata.
"Demikian juga Wangsa Sanjaya membangun Candi Sewu, Prambanan itu megah sampai sekarang tapi rakyatnya miskin."
Lalu, ketika Islam datang yang dibangun kesejahteraaan masyarakat. Ustadz Jazir menceritakan kisah Ki Ageng Gribig, ulama yang menyebarkan Islam di Desa Krajan, Jatinom, Klaten dan sekitarnya, ia membangun bendungan, persawahan, hingga membuat pacul.
"Masyarakatnya subur makmur, tanpa dakwah lisan tapi lewat kesejahteran mengundang mereka berpindah kepada agama Islam. Inilah yang dicontohkan para wali, membangun kesejahteraan bukan membangun fisik masjid," urainya.
Menurutnya, para wali tak meninggalkan masjid-masjid yang megah kecuali mewariskan Islam dan nilai-nilai dakwah. "Bahkan di Demak pun tidak ada masjid mewah, dari kayu saja sederhana."
Ustadz Jazir memandang, banyak pengurus masjid saat ini yang tidak memahami esensi masjid. Tidak punya ilmu tentang rumah ibadah karena, kurang membaca sejarah Rasulullah mengelola masjid.
"Ini yang harus dikembalikan pemahamannya, sehingga secara keras saya menyertakan kalau sampai infak masjid habis untuk bangunan fisik itu namanya candi Islam bukan masjid."
(bal)