LANGIT7.ID-, Jakarta- - Lailatul Qadar merupakan malam saat rahmat Allah Ta'ala turun sangat deras. Malam ini menjadi kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk menghidupkan sepertiga terakhir Ramadhan dengan memperbanyak ibadah.
Terdapat beberapa amalan untuk mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Umat Islam dianjurkan melaksanakan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan untuk memperbesar potensi menggapai Lailatul Qadar.
Para ulama mengatakan malam Lailatul Qadar jatuh setiap malam ganjil dalam 10 hari terakhir Ramadhan dan malam-malam genap. Allah Ta'ala begitu merahasiakan Lailatul Qadar, sehingga setiap muslim dianjurkan menjemput malam istimewa itu dengan berbagai amalan baik.
Baca juga:
Jangan Sia-Siakan, Perbanyaklah Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir RamadhanBerikut ini adalah kumpulan hadits Nabi yang menjelaskan keistimewaan malam-malam ini dan bagaimana Rasulullah serta para sahabat memburu Lailatul Qadar:
1. Mengencangkan ibadah bersama keluarga
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Dari Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), Beliau mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dengan beribadah dan membangunkan keluarga Beliau". (Sahih Al-Bukhari).
2. Hindari Perselisihan
قَالَ أَنَسٌ حَدَّثَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَ النَّاسَ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَإِنَّهَا رُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Anas berkata; telah menceritakan kepadaku 'Ubadah bin Ash Shamit dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk mengabarkan lailatul qadar kepada orang-orang, kemudian terdapat dua orang dari kalangan muslimin yang saling berselisih. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku keluar hendak mengabarkan lailatul qadar kepada kalian, namun aku mendapati perselisihan antara Fulan dan Fulan sehingga laitatul qadar diangkat kembali, bisa jadi hal itu adalah lebih baik buat kalian, maka carilah lailatul qadar pada hari kesembilan, ketujuh, dan kelima (sebelum Akhir)." (Sahih Al-Bukhari).
3. Shalat Malam
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Salamah bin Abdur Rahman, dia berkata; telah bercerita kepadaku Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Barang siapa melakukan shalat malam pada Bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni dosanya yang telah lalu dan barang siapa melakukan shalat malam pada lailatul qadr karena keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni dosanya yang telah lalu." (Sunan An-Nasa'i).
4. Mencari Lailatul Qadar dengan Keimanan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menegakkan lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (Sahih Al-Bukhari).
5. Memburu Malam Lailatul Qadar
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدَةَ بْنِ أَبِي لُبَابَةَ وَعَاصِمٍ هُوَ ابْنُ بَهْدَلَةَ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ وَزِرُّ بْنُ حُبَيْشٍ يُكْنَى أَبَا مَرْيَمَ يَقُولُ قُلْتُ لِأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ إِنَّ أَخَاكَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ يَغْفِرُ اللَّهُ لِأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَقَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلَكِنَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ قَالَ قُلْتُ لَهُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ بِالْعَلَامَةِ أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdah bin Abu Lubabah serta 'Ashim yaitu Ibnu Bahdalah mereka telah mendengar Zirrb Hubaisy yang diberi kunya Abu Maryam, ia berkata; "Saya berkata kepada Ubai bin Ka'ab saudaramu yaitu Abdullah bin Mas'ud berkata; barang siapa yang melakukan shalat satu tahun maka ia mendapatkan lailatul qadar".
Kemudian Ubai berkata; "Semoga Allah merahmati Abu Abdur Rahman; sungguh ia telah mengetahui bahwa lailatul qadar itu ada pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, yaitu malam ke tujuh puluh dua, akan tetapi ia ingin agar orang-orang tidak berbergantung kepadanya".
Kemudian ia bersumpah dan tidak mengucapkan insya Allah, bahwa malam tersebut adalah malam kedua puluh tujuh. Zirr berkata; "Aku katakan kepadanya; berdasarkan apakah engkau mengatakan hal tersebut wahai Abu Al Mundzir? Ia berkata; dengan tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atau dengan tanda bahwa matahari terbit pada hari itu tidak memiliki sinar. Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih,". (Jami At-Tirmidzi)
(ori)