LANGIT7.ID-, Jakarta- - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Kamis menuntut Israel mempertahankan kendali atas wilayah kunci Gaza di sepanjang perbatasan dengan Mesir sebagai bagian dari kesepakatan untuk menghentikan perang dengan Hamas.
Tuntutan ini bertentangan dengan posisi Hamas yang menginginkan Israel menarik diri dari seluruh wilayah Gaza setelah gencatan senjata.
Berbicara setelah kembalinya tim negosiator Israel dari pembicaraan dengan mediator di Qatar, Netanyahu menyatakan Israel perlu mengendalikan wilayah tersebut untuk menghentikan masuknya senjata ke Hamas dari Mesir. Ini adalah satu dari empat syarat kesepakatan dengan militan Palestina.
Dia tidak mengatakan apakah langkah ini akan permanen. Namun, ini pertama kalinya Israel bersikeras mempertahankan kendali atas sisi Palestina di perlintasan perbatasan Rafah dengan Mesir dan apa yang disebut koridor Philadelphi di sepanjang perbatasan.
Netanyahu mengatakan tim negosiator Israel, yang dipimpin oleh kepala intelijen Mossad David Barnea, pergi ke Doha untuk mempertahankan apa yang disebutnya empat "prinsip baja". Syarat utamanya adalah Israel diizinkan terus berperang sampai tujuan perangnya tercapai, yaitu menghancurkan Hamas dan memulangkan semua sandera.
Netanyahu menegaskan kembali syarat lainnya: menghentikan masuknya senjata ke Hamas dari Mesir -- "terutama melalui kendali Israel atas poros Philadelphi dan perlintasan Rafah" -- tidak mengizinkan militan berkumpul kembali di Gaza utara dan memastikan jumlah sandera yang dibebaskan "maksimal".
Sementara Amerika Serikat menyatakan "optimisme hati-hati" atas pembicaraan di Qatar, Netanyahu bersumpah akan terus memerangi Hamas dengan "kekuatan penuh", menyebutnya sebagai "misi suci" untuk membawa pulang para sandera yang disandera dalam serangan 7 Oktober.
Serangan terhadap Israel selatan mengakibatkan kematian 1.195 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka-angka Israel.
Para militan juga menyandera 251 orang, 116 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 42 orang yang menurut militer telah meninggal. Sekitar 105 sandera dibebaskan selama gencatan senjata satu minggu pada November lalu.
Serangan balasan Israel telah menewaskan setidaknya 38.345 orang di Gaza, juga sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.
"Ambiguitas dan keraguan tidak membawa pencapaian kita hingga saat ini, dan tidak akan membawa pencapaian di masa depan," kata Netanyahu.
"Saya berkomitmen pada garis besar untuk pembebasan sandera kita, tetapi teroris Hamas terus bersikeras dengan tuntutan yang bertentangan dengan garis besar tersebut dan mengancam keamanan Israel," tambahnya.
(lam)