LANGIT7.ID-, Surabaya- - Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) mempunyai ikon baru, yaitu Monuman Kebersamaan Jam 4 Sisi. Tetenger ini berdiri di taman FK Unair dan diresmikan pada Selasa (1/10/2024).
Menurut Dekan FK Unair Prof Budi Santoso, monumen ini sebagai simbol kebersamaan antara allmamater dan alumninya. “Mengandung makna pemersatu,” ungkap Budi Santoso saat peresmian monumen.
Monumen yang berdiri di taman FK Unair ini mempunyai arti bagi sejarah dan perkembangan FK Unair yang tercantum di empat sisinya.
Adapun empat sisi dalam jam setinggi 4,8 meter tersebut menjelaskan sejarah FK Unair dari jaman penjajahan Belanda hingga sekarang berusia 110 tahun.
Baca juga:
Masya Allah! Usia 21 Tahun, Wisudawan Ini Raih Tiga Gelar SekaligusSisi pertama, Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Surabaya pada zaman kolonial Hindia Belanda.
Sisi kedua, Sekolah Kedokteran Tinggi (Dai Gakko). Sisi ketiga, Faculty of Medicine Unair. Sisi keempat adalah Fakultas Kedokteran Unair sekarang ini.
“Dari empat sisi ini menggambarkan perjalanan Pendidikan dokter di Indonesia,” terang Prof Bus, panggilan akrab Budi Santoso.
Menurutnya, inspirasi monumen ini saat melakukan kunjungan ke Yonsei University Korea Selatan. Di sana monumen tersebut cukup menyita perhatian dan menjadi spot foto mahasiswa maupun orang-orang yang datang.
Dokter Linda Astari selaku ketua Dies Natalis 68 tahun 2023, monumen ini sebagai legacy peringatan ulang tahun FK Unair ke-68.
“Ini sebagai legacy Dies Natalis pada 2023, namun baru diresmikan sekarang mengingat proses pembuatan dan pengiriman serta pemasangan yang membutuhkan waktu,” terang Linda.
Menurutnya, pengadaan monumen ini hasil gotong royong para alumni FK Unair. “Sumbangan Angkatan, bantuan prodi-prodi dan alumni,” imbuhnya.
Linda menambahkan, proses pembuatannya dimulai November 2023 hingga Januari 2024. Total waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan, pemesanan, pembuatan dan pemasangan sekitar enam bulan.
Jam empat sisi ini produsen aslinya ada di Amerika Serikat. Namun harganya sangat mahal. Linda dan alumni mencari akal untuk tetap bisa mendapatkannya.
“Akhirnya kami dapat vendor di Jakarta yang produksinya di China. Dan jadilah jam empat sisi ini,” pungkasnya.
(ori)