LANGIT7.ID-Riyadh; Di bawah arahan Raja Salman dan upaya berkelanjutan dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Arab Saudi hari ini menyelenggarakan pertemuan puncak Arab-Islam yang bertujuan untuk mengatasi krisis yang semakin meningkat di Palestina dan Lebanon. Pertemuan puncak yang diselenggarakan di Riyadh ini, telah mempertemukan para pemimpin dari seluruh dunia Arab dan Islam, dengan diskusi yang diharapkan akan difokuskan pada tindakan militer Israel di Gaza dan Lebanon.
Yang Mulia Sayyid Badr al Busaidi, Menteri Luar Negeri, atas penugasan Yang Mulia Sultan Haitham bin Tarik, tiba di Kerajaan Arab Saudi untuk memimpin delegasi Kesultanan Oman yang berpartisipasi dalam pekerjaan pertemuan puncak Arab-Islam bersama yang luar biasa. Sesampainya di Bandara Internasional Raja Khalid, ia disambut oleh Yang Mulia Pangeran Mohammed bin Abdulrahman bin Abdulaziz, Wakil Gubernur Wilayah Riyadh, dan sejumlah pejabat dari pihak Saudi.
Yang Mulia Sayyid Badr juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Yang Mulia Sheikh Khalid bin Abdullah al Khalifa, Wakil Perdana Menteri Bahrain, di sela-sela pertemuan puncak gabungan Arab-Islam.
![Arab Prakarsai Pertemuan Puncak Dengan Negara Negara Islam, Bahas Konflik Gaza]()
Saudi Press Agency (SPA) telah menyoroti "agresi" Israel di Gaza dan Lebanon sebagai dorongan untuk tindakan mendesak oleh para pemimpin Arab dan Islam. Tujuan utama pertemuan puncak tersebut meliputi penghentian permusuhan, memastikan perlindungan warga sipil, memperluas dukungan kepada penduduk Palestina dan Lebanon, dan menyatukan sikap negara-negara Arab dan Islam. Para pemimpin diharapkan mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan definitif guna mengakhiri kekerasan dan mendorong perdamaian dan stabilitas abadi di kawasan tersebut.
Pertemuan puncak ini menyusul pertemuan serupa di Riyadh tahun lalu, yang diselenggarakan oleh Liga Arab yang berpusat di Kairo dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berpusat di Jeddah, di mana para pemimpin mengecam tindakan Israel di Gaza sebagai "biadab." Namun, pertemuan itu berakhir tanpa konsensus mengenai langkah-langkah ekonomi atau diplomatik terhadap Israel, meskipun ada seruan dari beberapa negara anggota untuk memutuskan hubungan.
KTT Riyadh menandai momen kritis saat para pemimpin regional berupaya mengonsolidasikan respons mereka di tengah konflik yang sedang berlangsung, menunjukkan peran Kerajaan dalam mengadvokasi perdamaian dan membela tujuan Islam dan dunia Muslim.(*/saf/muscatdaily)
(lam)