Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 15 Juni 2025
home masjid detail berita

Khotbah Idul Adha di Masjid Al Akbar, M Nuh Ungkap Tiga Cara Terbaik Atasi Defisit Kebaikan

tim langit 7 Jum'at, 06 Juni 2025 - 13:51 WIB
Khotbah Idul Adha di Masjid Al Akbar, M Nuh Ungkap Tiga Cara Terbaik Atasi Defisit Kebaikan
Muhammad Nuh saat menjadi khotib salat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya, Jumat (6/6/2025).Foto/Antara
LANGIT7-surabaya,- - Khotib Idul Adha 1446 H di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA, mengungkapkan tiga cara terbaik mengatasi defisit kebaikan, akibat amal kebaikan yang amat sedikit dibandingkan dengan nikmat Allah SWT.

“Ada tiga cara terbaik yaitu memohon ampunan kepada Allah, memohon kasih sayang Allah, dan memperbanyak amal sholeh, termasuk ibadah qurban dan ibadah sosial lainnya,” katanya dalam khutbah Idul Adha 1446 H di MAS, Jumat (6/6/2025).

Sholat Idul Adha di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya dihadiri Plt Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Sekdaprov Jatim Adhy Karyono dan 40 ribu jamaah dengan Imam KH Abdul Hamid Abdullah.

Dalam khutbah dengan tema “Memperkuat Kepemimpinan dan Kepengikutan untuk Kemaslahatan Ummat” itu, Ketua Majelis Wali Amanat ITS itu menjelaskan tidak semua orang bisa bersyukur. Al-Qur’an (QS As Saba’ : 13) menyebut Hanya sedikit hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur.

“Bersyukur itu bukan hanya atas pemberian nikmat, tetapi juga atas dihilang-hindarkan dari musibah. Kita sendiri tidak tahu musibah apa yang sebenarnya akan terjadi, dan betapa banyak musibah yang semestinya terjadi, tetapi Allah telah hindar-hilangkan musibah itu, karena itu mari kita bersyukur dalam keadaan apapun,” katanya.

Dalam realitasnya, ada hamba-hamba Allah yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun, baik sedang menerima anugerah, belum terkabulnya doa maupun sedang menerima cobaan. Dia Selalu bersyukur, dengan keyakinan bahwa tidak ada pemberian Allah, kecuali demi kebaikan hamba-Nya. Kelompok ini disebut Asy-Syakur.

Tetapi ada juga hamba yang bersyukur, hanya karena sedang menerima anugerah. Mereka ini dikelompokkan sebagai Asy-Syakir. “Memang sangat sedikit hamba-hamba Allah SWT yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun, karena besarnya nikmat itu seringkali baru bisa dirasakan, setelah nikmat itu tercabut dari kita,” katanya.

Ia mencontohkan nikmat bisa melihat, yang baru terasa saat hamba mengalami gangguan penglihatan.

“Karena itu, tepat sekali apa yang disampaikan oleh Ibnu Athoillah: Orang yang tidak mengetahui nilai nikmat saat memperolehnya, ia akan mengetahui ketika sudah lepas dari dirinya (hilang),” katanya, mengutip Ibn Atha’illah dalam Al-Hikam (199).

Defisit Kebaikan

Secara jujur, bahwa kita sebagai hamba saat ini sedang mengalami defisit kebaikan. “Mengapa? Itu karena modal (nikmat) yang Allah SWT telah berikan kepada kita, sungguh sangat banyak dan besar. Bahkan tidak bisa dihitung, tetapi kebaikan yang telah kita lakukan sungguh sangat terbatas, sangat bisa dihitung,” katanya.

Artinya, produktifitas kebaikan seorang hamba itu sungguh sangat rendah, bahkan negatif/minus, karena seringkali hamba menyalahgunakan nikmat Allah untuk hal-hal yang tidak semestinya. Ada banyak penyebab defisit kebaikan, antara lain dosa yang sifatnya personal, juga dosa yang sifatnya sosial sebagai akibat dari abai atau tidak peduli terhadap masalah sosial.

“Keabaian terhadap masalah sosial seperti tidak peduli terhadap nasib anak yatim, fakir dan miskin serta keengganan untuk menyelesaikan persoalan sosial yang mendasar seperti kecukupan pangan, dikategorikan sebagai ‘dosa’ sosial atau bahkan sebagai pendusta agama, yang diingatkan Allah SWT dengan bahasa yang sangat keras dalam QS Al Ma’un: ayat 1-3,” katanya.

Untuk mengatasi defisit kebaikan, ada tiga solusi terbaik, yaitu memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pemberi modal-nikmat, memohon ‘welas asih’ atau kasih sayang Allah, dan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan memperbanyak amal Sholeh, termasuk ibadah sosial.

“Intinya adalah semangat berkurban. Dengan memperbanyak ibadah sosial, diharapkan bisa mengurangi defisit kebaikan, bahkan bisa menjadi deposito kebaikan, yang pada suatu saatnya akan bisa dicairkan (sebagai wasilah) untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang kita hadapi,” katanya.

Untuk itu, mari meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan dengan memperbanyak dan meningkatkan kualitas ibadah, termasuk ibadah sosial.

“Kita ingat cerita tiga orang yang terjebak di dalam gua yang berikhtiar untuk menggeser (memindahkan) batu besar yang menutupi pintu gua, melalui deposito kebaikan, hingga dengan izin Allah, maka batu besar yang menutupi pintu gua pun bergeser, mereka pun keluar,” katanya.

Bahkan, Syech Abdul Qodir Al-Jilani (1078-1166), tokoh sentral dalam dunia perwalian menyatakan sudah meneliti semua amal-amal kebajikan.

“Ternyata, saya tidak menemukan amal kebajikan yang lebih afdal/utama daripada memberi makan dan perangai yang baik. Andai dunia ini ada di tanganku, pasti aku akan menggunakan untuk memberi makan. Memberi makan, juga membekali mereka dengan kompetensi (ilmu, ketrampilan dan sikap), sehingga tidak terjadi kelaparan,” katanya.

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 15 Juni 2025
Imsak
04:29
Shubuh
04:39
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:49
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan