Ajang
Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Tingkat Nasional Jenjang Pendidikan Menengah (Dikmen) ke-33 Tahun 2025 digelar. Kali ini cakupan peserta LKS diperluas lagi, tidak hanya untuk siswa SMK tapi siswa SMA dan MA pun dapat mengikuti. Sebaliknya, SMK juga dapat mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN).
LKS ini merupakan wujud nyata
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk terus mendorong agar pendidikan Indonesia mampu melahirkan insan pembelajar sepanjang hayat, inovator, dan pemimpin masa depan.
Bukan hanya sekadar panggung adu keterampilan, tetapi juga arena pembentukan karakter, penumbuhan cita-cita, dan penciptaan generasi yang cakap menjawab tantangan zaman.
"Kebijakan ini merupakan bentuk pendekatan berbasis minat dan bakat. Kami ingin semua siswa, dari jalur manapun, mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan potensinya," kata Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti mengutip kemendikdasmen.go.id, Selasa (29/7/2025).
Hingga minggu ketiga Juli 2025, tercatat 1.318.615 siswa dari seluruh Indonesia telah mendaftar dalam berbagai ajang talenta nasional. Angka tersebut menunjukkan lonjakan partisipasi dibanding tahun sebelumnya, yang berjumlah sekira 1,2 juta siswa.
Pemerintah berkomitmen memberikan dukungan berkelanjutan melalui program beasiswa, pembinaan talenta, dan konektivitas antara dunia pendidikan dan industri, demi menyiapkan peserta didik menghadapi tantangan global dengan penuh percaya diri dan integritas.
Sementara itu, Wakil Mendikdasmen Fajar mengatakan bahwa dalam upaya menjawab tantangan era industri 4.0 dan ekonomi berbasis inovasi, perlu adanya pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) yang menjadi salah satu prioritas utama pemerintah.
"Kita tidak bisa bergantung selamanya pada sumber daya alam. Masa depan ekonomi Indonesia akan digerakkan oleh inovasi dan teknologi. Karena itu, pendidikan kita harus mampu melahirkan generasi yang adaptif dan kompeten secara digital," jelasnya.
Kemendikdasmen juga telah menerapkan mata pelajaran koding dan kecerdasan artifisial pada kurikulum melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 13 Tahun 2025, yang diterapkan secara bertahap mulai tahun ajaran ini. Pelajaran ini tidak hanya bertujuan memperkenalkan teknologi, tetapi juga untuk membentuk computational thinking dan problem-solving mindset pada peserta didik.
Selain itu, kebijakan pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi penekanan penting. Peserta didik didorong untuk mengaitkan teori dengan konteks dunia nyata, membangun nalar berpikir kritis, dan memiliki cara pandang multidisipliner, kualitas yang esensial untuk menghadapi tantangan masa depan.
Dalam pembukaan LKS Dikmen ke-33, Wamen Fajar juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter dan empati sosial di tengah kemajuan teknologi. "Kecerdasan buatan bisa meniru pengetahuan, tetapi tidak bisa menggantikan empati dan nilai kemanusiaan. Pendidikan kita harus humanis, memanusiakan manusia," ujar Wamen Fajar.
Menutup sambutannya, Wamen Fajar mengungkapkan pentingnya menyiapkan generasi muda sebagai fondasi utama menuju Indonesia Emas 2045. Ia menyampaikan bahwa proses pembinaan dan pengembangan peserta didik yang dilakukan hari ini merupakan investasi jangka panjang yang akan menentukan posisi Indonesia di panggung global dalam dua dekade ke depan..
"25 tahun lagi adalah waktu yang cukup untuk adik-adik tumbuh menjadi tokoh-tokoh penting di republik ini. Cintai negeri ini, karena negara ini juga sedang menyiapkan jalan untukmu melalui beasiswa, dukungan regulasi, dan akses ke perguruan tinggi dunia," tutup Wamen Fajar.
(lsi)