Pada saat negara Barat mengalami kemajuan dan sukses menjajah negeri Timur, para pemuda Islam mulai menjauhkan diri dari pemikiran tentang agama secara umum, termasuk risalah Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Pandangan mayoritas Sunni kemudian menjadi dominan. Masyarakat Islam dipimpin oleh negara kekhalifahan, yang lama-kelamaan berubah menjadi kekhalifahan dinasti dan kekaisaran.
Dalam Islam, tidak dikenal pemisahan antara agama dan negara, antara kehidupan spiritual dan sosial. Prinsip ini tercermin dalam ayat Al-Quran: Taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Menurut Haekal, kurangnya pemahaman masyarakat Barat terhadap hakikat ajaran Islam dan sejarah Nabi Muhammad adalah faktor utama yang memicu permusuhan tersebut
Qur'an yang telah menyebutkan Isa dan Mariam dengan penghormatan serta penghargaan yang demikian rupa dari Tuhan sehingga kita pun karenanya turut bersimpati pula, terbawa oleh rasa persaudaraan.
Dari kalangan Masehi, banyak di antara mereka yang menyindir Nabi Muhammad dan menilainya dengan sifat-sifat yang tak layak dikatakan oleh kaum terpelajar.
Pada saat awal kedatangan Islam, hubungan kaum muslimin dengan kaum Nasrani cukup harmonis. Hal itu berbeda dengan hubungan kaum muslimin dengan kaum Yahudi.
Persepsi Al-Qur'an tentang agama-agama lain di luar Islam, khususnya Yahudi dan Kristen, tak pelak lagi, tergantung atas tingkatan pemahaman historis mutakhir di Makkah dan letak Arabia sekitar tahun 600 Masehi.
Orang-orang Islam menekankan bahwa tradisi Yudaeo-Kristen lebih tepat dikatakan sebagai tradisi Yudaeo-Kristen-Islam karena ketiganya merupakan putra-putra Ibrahim as.
Nabi-nabi sama-sama menyeru bangsanya masing-masing untuk beriman kepada Allah dan hanya menyembah Allah, akan tetapi hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum nabi-nabi itu berbeda-beda.
Muhammad tidak mengatakan bahwa ia membawa agama baru tetapi hanya memurnikan dan mengembalikan agama yang dibawa Nabi Ibrahim. Misinya adalah memperbaiki dan meluruskan kembali umat yang menyeleweng.