LANGIT7.ID-Jakarta; Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB pada Selasa menyatakan bahwa bukti terjadinya genosida di Gaza semakin banyak terlihat, di saat Israel meningkatkan serangan darat ke Kota Gaza.
“Kami melihat perang ini menumpuk pelanggaran demi pelanggaran, kejahatan kemanusiaan demi kejahatan kemanusiaan, dan bahkan bisa jadi lebih dari itu,” kata Volker Turk kepada AFP dan Reuters. “Memang pengadilan yang akan memutuskan apakah ini genosida atau bukan, tapi kami melihat bukti-buktinya makin jelas.”
Pernyataan Turk muncul setelah tim independen penyelidik PBB merilis laporan yang menyimpulkan bahwa Israel melakukan genosida dalam perang di Gaza, yang meletus pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel.
Turk juga mengecam serangan darat Israel ke Kota Gaza, menyebutnya “sama sekali tak bisa diterima,” dan mendesak segera dihentikannya “pembantaian” yang menurutnya jadi bukti semakin kuat adanya genosida di wilayah Palestina tersebut.
“Sudah jelas, kekejaman ini harus dihentikan,” ujarnya saat ditanya soal dimulainya serangan darat besar-besaran ke kota terbesar di Gaza itu.
“Seluruh dunia berteriak minta damai. Orang Palestina, orang Israel juga ingin damai. Semua ingin perang ini berhenti, tapi yang kita lihat justru eskalasi yang makin tak bisa diterima,” tambahnya.
Turk menyoroti serangan yang belakangan meluas ke wilayah barat laut Gaza, tempat ribuan warga sipil berlindung dari serangan sebelumnya. Ia menegaskan kekhawatiran besar terhadap “pengeboman berulang kali terhadap gedung-gedung perumahan, bahkan gedung-gedung yang dijadikan tempat mengungsi bagi orang-orang yang sudah terusir berkali-kali.”
“Serangan-serangan ini harus dihentikan,” tegasnya.
Militer Israel, katanya, berulang kali mengklaim bahwa mereka hanya menyerang “infrastruktur teroris.” Namun Turk menekankan, “sampai sekarang kami tidak melihat bukti apa pun soal itu.” Ia menambahkan bahwa menurut hukum perang, serangan tidak boleh ditujukan kepada warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran.
Turk menegaskan, “Warga Gaza tidak akan sanggup menghadapi lagi kekerasan, kehancuran, pembunuhan, dan minimnya bantuan kemanusiaan yang seharusnya masuk.”
“Aku hanya bisa membayangkan penderitaan perempuan, anak-anak yang kekurangan gizi, dan penyandang disabilitas, jika mereka kembali jadi korban serangan seperti ini,” tutupnya.
(lam)