Kemenag Gelar Bincang Syariah di UIN Makassar, Angkat Isu Lingkungan dalam Perspektif Islam

LANGIT7.ID-Jakarta; Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah gelaran Bincang Syariah Goes To Campus yang dipadukan dengan rangkaian Blissful Mawlid 1447 Hijriah. Acara yang berlangsung sejak 24 Agustus 2025 ini menghadirkan lebih dari 5.000 peserta, termasuk rombongan tamu dari Australia, menjadikannya salah satu perayaan maulid terbesar di kampus tersebut.

Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa momentum peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekadar perayaan ritual, melainkan harus menyentuh isu-isu nyata yang dihadapi masyarakat saat ini. “Kami ingin menunjukkan kecintaan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) dengan cara yang relevan dan berdampak bagi masyarakat,” ujar Abu Rokhmad dalam keterangannya, Selasa (23/9/2025).

Salah satu bentuk relevansi itu ditunjukkan melalui tema lingkungan. Menurut Abu, Islam telah mengajarkan keseimbangan dalam hubungan manusia dengan alam. Karena itu, menjaga bumi adalah amanah yang melekat pada umat Islam. Ia menambahkan, kegiatan ini sejalan dengan arahan Menteri Agama Nasaruddin Umar melalui gagasan ekoteologi dalam Asta Protas. "Acara saat ini merupakan upaya dari Bimas Islam menerjemahkan gagasan Asta Protas Menteri Agama yaitu ekoteologi," kata dia.

Kegiatan yang dipusatkan di Masjid Agung Sultan Alauddin ini juga menghadirkan Habib Husein Ja’far Al Hadar. Sosok pendakwah muda yang populer di kalangan generasi milenial tersebut mengulas persoalan lingkungan dari sudut pandang ajaran Islam, sehingga diskusi menjadi lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa.

Rektor UIN Alauddin Makassar, Hamdan Juhannis, menyebutkan bahwa kehadiran ribuan peserta menunjukkan besarnya minat terhadap tema eco-wisdom atau kebijaksanaan ekologis. Ia menekankan pentingnya memahami kebijaksanaan Rasulullah dalam menjaga alam sekitar. “Ini kali pertama dalam sejarah UIN, maulid dihelat sebanyak ini, bahkan bertaraf internasional karena yang hadir pesertanya juga ada 12 rombongan dari Muslim Australia,” ungkapnya.

Hamdan menambahkan, kebijaksanaan ekologis menuntut manusia melihat kehidupan lebih luas dari sekadar diri sendiri. “Ternyata banyak orang sulit membedakan antara ketercerahan dan kebijaksanaan. Ketercerahan adalah memahami diri kita, untuk apa saya hadir dalam kehidupan, tetapi di atas ketercerahan adalah kebijaksanaan, yaitu memahami kehidupan dari luar diri kita, yaitu lingkungan atau alam,” ucapnya.

Ia berharap spirit Maulid Nabi kali ini menjadi pengingat untuk meneladani kepedulian Rasulullah terhadap lingkungan hidup. “Kita butuh meniru kebijaksanaan hidup Rasulullah SAW yang peduli pada lingkungan sekitarnya,” tegas Hamdan.