LANGIT7.ID – Jakarta; Di tengah bayang-bayang ketidakpastian global, Bank Indonesia (BI) menarik perhatian para gubernur bank sentral Asia lewat strategi kebijakan yang disebut mampu menjadi pondasi baru ketahanan ekonomi kawasan. Strategi itu dipaparkan Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Konferensi Gubernur South East Asian Central Banks (SEACEN) ke-61 di Bali pada 28 Oktober 2025.
Pertemuan tersebut dihadiri para pemimpin bank sentral negara anggota SEACEN dan menjadi ajang penting untuk berbagi arah kebijakan di tengah transformasi digital dan transisi menuju ekonomi hijau. Di forum inilah, Perry membeberkan lima langkah kunci yang selama ini menjadi “rahasia” kekuatan BI dalam menjaga stabilitas moneter sekaligus memperkuat sinergi regional.
“Kita sedang menghadapi tantangan besar. Karena itu, kolaborasi regional dan penguatan kapasitas kelembagaan menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan dan ketahanan ekonomi kawasan,” ujar Perry.
Langkah pertama yang dijabarkan adalah memperkuat kerangka bauran kebijakan antara moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Menurut Perry, koordinasi antarsektor menjadi kunci agar seluruh kebijakan berjalan selaras menghadapi gejolak ekonomi global.
Langkah kedua, BI memperdalam pengawasan sistemik dengan memperkuat pasar uang serta pemantauan lembaga keuangan non-bank. Upaya ini diyakini mampu menekan risiko krisis yang kerap bermula dari ketidakseimbangan di sektor keuangan.
Ketiga, BI mempercepat konektivitas pembayaran digital lintas negara — baik di level ritel maupun wholesale. Inisiatif ini menjadikan Indonesia salah satu pelopor integrasi sistem pembayaran regional yang efisien dan aman.
Langkah keempat difokuskan pada peningkatan kapasitas kelembagaan untuk menjaga independensi bank sentral, sekaligus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan sektor riil agar kebijakan tetap berdampak langsung bagi masyarakat.
Dan terakhir, BI menempatkan pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas utama. Bagi Perry, kapasitas SDM kebanksentralan yang adaptif dan berdaya saing global adalah fondasi menghadapi tantangan ekonomi masa depan.
Senada dengan Perry, Direktur Eksekutif SEACEN, Dr. Cyn-Young Park, menegaskan bahwa kerja sama antarnegara adalah elemen krusial untuk membuka potensi ekonomi kawasan. “Kerja sama ekonomi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk membuka potensi pertumbuhan, mendorong inovasi, dan memperkuat ketahanan di dunia yang penuh ketidakpastian,” ujarnya.
Konferensi SEACEN 2025 juga menandai masa transisi Bank Indonesia menuju kepemimpinan SEACEN pada tahun 2026 menggantikan Bank of Korea. Posisi itu menjadi simbol pengakuan internasional atas peran aktif Indonesia dalam memperkuat riset, pelatihan, dan kapasitas kelembagaan bank sentral di kawasan Asia-Pasifik.
Melalui strategi lima langkah tersebut, Bank Indonesia menunjukkan bahwa kekuatan kebanksentralan bukan hanya diukur dari stabilitas rupiah, tetapi juga dari kemampuannya membangun kepercayaan dan kolaborasi lintas batas di tengah dunia yang kian saling terhubung.
(lam)