LANGIT7.ID-Jakarta; Dalam rangka kunjungan diplomasi budaya di sela-sela menghadiri kegiatan Culture Ministers Meeting G20 di Afrika Selatan, Menteri Kebudayaan Fadli Zon berziarah ke Makam Syaikh Yusuf Al-Makassari di Macassar, Cape Town, Afrika Selatan, pada Jumat (31/10). Kegiatan ini menjadi momentum penting memperkuat hubungan sejarah dan kebudayaan Indonesia–Afrika Selatan melalui rencana pembangunan Rumah Budaya Indonesia Syaikh Yusuf di lahan seluas 2.000 meter persegi di sekitar kompleks makam.
Syekh Yusuf, yang juga dikenal dengan nama Abadin Tadia Tjoessoep, lahir di Makassar pada tahun 1626. Ia merupakan keponakan Raja Gowa, Sultan Alauddin, raja pertama Gowa yang memeluk Islam pada tahun 1603. Selain sebagai ulama, Syekh Yusuf juga dikenal sebagai pemimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda di Asia Tenggara. Ketika Makassar jatuh ke tangan VOC, beliau berlayar ke Banten pada tahun 1664 dan menikah dengan putri Sultan Abdul Fatah Ageng Tirtayasa.
“Perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari hingga dipenjara di Batavia dan kemudian dipindahkan ke Colombo, Ceylon (kini Sri Lanka) sampai diasingkan ke Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) Afrika Selatan, karena pengaruhnya yang kuat dalam melawan penjajahan menunjukkan kekuatan beliau dalam menjunjung tinggi nilai-nilai anti kolonialisme dan penjajahan,” ungkap Menteri Fadli Zon dalam keterangan resmi, Jumat (31/10/2025).
Pada 27 Juni 1693, beliau diterima oleh Gubernur Simon van der Stel lalu ditempatkan di lahan pertanian Zandvliet, di tepi Sungai Eerste yang kemudian dikenal sebagai Macassar, untuk menghormati asal usul beliau. Di Zandvliet, Syekh Yusuf menjadikan masa pengasingannya sebagai ladang dakwah. Ia membuka tempat perlindungan bagi budak pelarian dan membentuk komunitas Muslim pertama di Afrika Selatan. Dari tempat inilah ajaran Islam menyebar luas ke Cape Town dan sekitarnya, menjadikan Syekh Yusuf sebagai Bapak Islam di Afrika Selatan hingga beliau wafat pada 23 Mei 1699 di usia 73 tahun.
Dalam kesempatan ini, Menteri Kebudayaan Fadli Zon didampingi Konsul Jenderal RI di Cape Town, Tudiono, serta tokoh masyarakat dan sejarawan lokal seperti Imam Adam dari Masjid Nurul Latief dan Ebrahim Rhoda, peneliti sejarah Islam di Cape Town.
“Syaikh Yusuf Al-Makassari adalah jembatan peradaban antara Nusantara dan Afrika Selatan. Rumah Budaya Indonesia Syaikh Yusuf akan menjadi simbol persahabatan abadi kedua bangsa yang sudah terjalin sejak ratusan tahun lalu,” ujar Menteri Kebudayaan.
Kementerian Kebudayaan, melalui Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan, berkomitmen untuk memperkuat ikatan historis dan persahabatan antara Indonesia dan Afrika Selatan melalui pembangunan Rumah Budaya Indonesia. Rumah budaya tersebut selanjutnya direncanakan menjadi pusat kegiatan seni, budaya, dan interaksi antarkomunitas yang menanamkan nilai toleransi, spiritualitas, dan warisan Nusantara, yang diharapkan memperkuat jejaring diaspora Indonesia di Afrika Selatan serta mendorong pertukaran budaya dan riset sejarah.
Kunjungan ini menegaskan komitmen Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan untuk memperkokoh diplomasi budaya dan membangun masa depan bersama dengan menghormati warisan sejarah yang menyatukan kedua negara.
(lam)