CahayaDhuha: BAPER

LANGIT7.ID-Baper? Mas Ippho( Ippho Santosa dari Komunitas Percepatan Rizki), katanya baper itu nggak boleh?
Begini. Ada baper yang dibolehin. Selagi itu kebaikan. Jujur ya, begitu melihat berbagai perusahaan berlomba-lomba dalam donasi, hati saya sedikit galau. Baper. Pengen banget seperti mereka.

Wardah berdonasi Rp 40 miliar untuk pengentasan pand3mi pada Maret 2020. Sampai saat ini, Wardah telah berdonasi lebih dari Rp 64 miliar.

Sementara itu, Muhammadiyah telah berdonasi Rp 1 triliun lebih dalam penanganan pand3mi. Tanpa prank, tanpa drama. Saya bener-bener kagum.

Kalau perorangan, adakah yang nyumbang triliunan rupiah? Ada. Dialah Dato Sri Tahir. Sumbangan yang terkenal darinya sebesar Rp 1 triliun yang dialokasikan untuk melawan TBC, HIV, dan malaria.

Dia satu-satunya orang Indonesia yang menandatangani Giving Pledge dari Bill Gates dan Warren Buffet. Dia komit 50% hartanya untuk disumbangkan. Inspiring!

Terkait pand3mi, Tahir Foundation dan Mayapada Group memberikan bantuan senilai Rp 52 miliar tahun lalu. Baca beginian, gimana nggak baper?

Beberapa waktu yang lalu, Mas Dimas dan Mbak Dhini datang ke rumah. Sedikit-banyak kami diskusi soal program-program sosial. Seru juga.

Ketika orang lain bisa berdonasi, berbagi, dan menyumbang lebih banyak, sudah seharusnya kita terinspirasi. Bukan iri, bukan dengki. Kalau kita terinspirasi, maka itu akan menjadi sugesti dan pelan-pelan kita akan mengikuti.

Dulu, saya kenal dekat dengan seorang pengusaha hebat, terus saya tanya, “Kalau Jumatan, sedekah berapa Pak?” Dia jawab, Rp 1 juta. Saat itu, angka tersebut terasa besar bagi saya. Tapi saya berusaha mengikuti.

Di lain kesempatan, saya tanya lagi, “Sekarang, kalau Jumatan, sedekah berapa Pak?” Dia jawab, Rp 2 juta. Bismillah, saya pun berusaha mengikuti. Beberapa tahun kemudian saya diberitahu bahwa sedekah Jumat beliau sudah belasan juta rupiah.

Saat itu, saya nyerah. Belum bisa ngikutin.

Tapi dalam hati, saya berniat dan bertekad agar bisa berbagi sebesar itu atau lebih. Bukankah Allah menilai niat kita? Adalah rugi, ketika melihat suatu kebaikan, kita nggak berniat untuk mengikutinya. Niat doang, kok nggak mau?

Prinsip saya, sedekah itu baiknya sering-sering dan banyak-banyak. Kalau sering-sering, lama-lama ikhlas juga. Syukur-syukur kalau bisa ikhlas dari awal. Itu lebih baik lagi. Betul apa betul?

Yang repot itu, orang lain nyumbang duit, nyumbang barang, nyumbang tenaga, eh kita cuma suara yang sumbang alias nyinyir. Jangan sampai!(*/saf/komunitas QM)