Tim Peneliti Gunung Ararat dan Bahtera Nuh, kolaborasi lintas negara yang melibatkan tiga universitas dari Turki dan Amerika Serikat, sejak 2021 menggali tanah dan sejarah di kaki Gunung Ararat.
Nabi Nuh mengutuk Ham dalam doanya, Ya Allah, buatlah anak cucunya menjadi terhina dan hitamkanlah paras mereka. Jadikanlah mereka sebagai budak dan pelayan bagi keturunan Sam.
Nabi Nuh meletakkan kedua tangannya kepada Sam dan berkata, Ya Allah, berkatilah Sam beserta keturunannya, dan jadikanlah di antara keturunannya kenabian dan kerajaan.
Setelah mereka menetap di kampung tersebut, Allah mematikan mereka semua. Tidak ada seorang pun yang tersisa kecuali Nabi Nuh beserta ketiga anaknya, Sam, Ham, Yafits, berikut istri-istri mereka.
Bahtera Nabi Nuh mendarat di atas bukit Judi pada hari Asyura, hari ke-10 bulan Muharam. Pada hari itu, Nabi Nuh as berpuasa dalam rangka bersyukur kepada Allah.
Menurut sebuah riwayat, ketika Allah menumpahkan banjir besar, Dia mengangkat Bait al-Mamur, yang terbuat dari yakut merah, yang telah Dia turunkan pada zaman Adam.
Sekitar 300 tahun sebelum terjadinya banjir besar, Suraid bermimpi dalam tidurnya seolah-olah langit runtuh menimpa bumi. Langit menjadi seperti jubah bintang-bintang seolah-olah berjatuhan, dan matahari dan bulan begitu dekat dari bumi.
Hai Rahmah, topan ini akan bermula dari dapur yang biasa engkau pakai untuk mengadon roti ini. Apabila engkau melihat dapur ini telah memancarkan air, maka saat itu juga cepat-cepat kabarkan kepadaku.
Diriwayatkan bahwa Auj bin Unuq hidup berumur 4.500 tahun. Dia masih hidup hingga zaman Musa. Ketika Musa memasuki sebuah padang sahara bersama Bani Israil, Auj bermaksud membinasakan mereka.
Kisah Nabi Nuh dalam Al-Qur'an mengajarkan tentang keteguhan iman dan akibat mengabaikan peringatan Allah. Nuh berdakwah selama bertahun-tahun, namun kaumnya menolak. Allah akhirnya menurunkan banjir besar, menyelamatkan Nuh dan pengikutnya dalam bahtera. Peristiwa ini menjadi pengingat akan kekuasaan dan kasih sayang Allah kepada umat manusia.