Pakar Geologi ITS Bicara Potensi Gempa Megathrust di Indonesia
Tim langit 7
Senin, 19 Agustus 2024 - 13:00 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kekhawatirannya akan potensi gempa besar megathrust di Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan bencana alam. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kekhawatirannya akan potensi gempa besar megathrust di Indonesia.
Menyikapi hal itu, pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ir Amien Widodo MSi menjelaskan, megathrust adalah gempa yang dipicu oleh tumbukan lempeng dengan kedalaman antara 0-70 kilometer (km).
“Terjadinya gempa megathrust karena adanya hambatan antar bidang lempeng, sedangkan lempeng terus bergerak,” ujar Amien.
Amien menuturkan, letak Indonesia diapit oleh tiga lempeng yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Samudra Hindia.
Baca juga:79 Tahun Indonesia Merdeka, Jasa Marga Tegaskan Komitmen Tingkatkan Konektivitas Jalan Tol
Lempeng-lempeng itu akan terus bergerak dan menghunjam ke permukaan bumi sejak jutaan tahun lalu. Pergerakan lempeng yang terus menerus akan mengakibatkan akumulasi energi yang dapat memicu terjadinya gempa.
Dosen Departemen Teknik Geofisika itu menambahkan bahwa pergerakan lempeng tektonik akan terus berlangsung dengan kecepatan tertentu antara dua hingga sepuluh sentimeter per tahun.
Menyikapi hal itu, pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ir Amien Widodo MSi menjelaskan, megathrust adalah gempa yang dipicu oleh tumbukan lempeng dengan kedalaman antara 0-70 kilometer (km).
“Terjadinya gempa megathrust karena adanya hambatan antar bidang lempeng, sedangkan lempeng terus bergerak,” ujar Amien.
Amien menuturkan, letak Indonesia diapit oleh tiga lempeng yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Samudra Hindia.
Baca juga:79 Tahun Indonesia Merdeka, Jasa Marga Tegaskan Komitmen Tingkatkan Konektivitas Jalan Tol
Lempeng-lempeng itu akan terus bergerak dan menghunjam ke permukaan bumi sejak jutaan tahun lalu. Pergerakan lempeng yang terus menerus akan mengakibatkan akumulasi energi yang dapat memicu terjadinya gempa.
Dosen Departemen Teknik Geofisika itu menambahkan bahwa pergerakan lempeng tektonik akan terus berlangsung dengan kecepatan tertentu antara dua hingga sepuluh sentimeter per tahun.