Islam Menganjurkan Penjagaan Terhadap Wanita Sebaik Mungkin
Miftah yusufpati
Selasa, 23 September 2025 - 16:53 WIB
Hadis Nabi menegaskan, penjagaan terhadap wanita adalah cermin peradaban Islam sepanjang zaman. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID-Di ruang tamu sebuah rumah di Yogyakarta, seorang ibu sepuh duduk dikelilingi anak-anaknya. Mereka bergantian mencium tangan dan merapalkan doa. Adegan itu mengingatkan pada sebuah hadis yang sering dikutip: ketika seorang lelaki bertanya kepada Nabi Muhammad tentang siapa yang paling layak dihormati, jawaban itu berulang tiga kali: “Ibumu. Ibumu. Ibumu. Kemudian bapakmu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis itu bukan sekadar ungkapan, melainkan penegasan moral: posisi ibu, dan pada gilirannya perempuan dalam lingkaran keluarga, ditempatkan pada derajat mulia.
Dalam khazanah hadis, pesan Nabi tentang wanita menyebar dalam berbagai bentuk. Dari tanggung jawab seorang kakak menjaga adik perempuannya, suami menjaga istrinya, hingga ayah menjaga anak perempuan.
Aisyah meriwayatkan sabda Nabi: siapa yang menanggung tiga anak atau saudara perempuan dengan perlakuan baik, mereka akan menjadi tirai pencegah dari api neraka (HR Baihaqqi). Riwayat lain menegaskan, lelaki terbaik adalah yang paling baik kepada keluarganya (HR Ibnu Majah). Bahkan cerita sederhana tentang seorang ibu yang hanya memiliki sebiji kurma lalu membaginya untuk dua anaknya, dijadikan pelajaran moral bahwa kebaikan pada anak perempuan bisa menjadi penolong di akhirat (HR Bukhari, Muslim).
Baca juga: Ridha Perempuan, Syarat Sah Pernikahan Menurut Hadis Nabi
Bahkan pada konteks sosial perbudakan, Nabi mengajarkan etika baru. Lelaki yang memiliki budak perempuan, lalu mendidik, memerdekakan, dan menikahinya, akan mendapat dua pahala (HR Bukhari). Bagi sejarawan Islam, hadis ini menandai pergeseran dari sistem patriarkis keras menuju penghargaan martabat manusia, termasuk perempuan.
Tafsir ulama: dari moralitas keluarga ke etika sosial
Hadis itu bukan sekadar ungkapan, melainkan penegasan moral: posisi ibu, dan pada gilirannya perempuan dalam lingkaran keluarga, ditempatkan pada derajat mulia.
Dalam khazanah hadis, pesan Nabi tentang wanita menyebar dalam berbagai bentuk. Dari tanggung jawab seorang kakak menjaga adik perempuannya, suami menjaga istrinya, hingga ayah menjaga anak perempuan.
Aisyah meriwayatkan sabda Nabi: siapa yang menanggung tiga anak atau saudara perempuan dengan perlakuan baik, mereka akan menjadi tirai pencegah dari api neraka (HR Baihaqqi). Riwayat lain menegaskan, lelaki terbaik adalah yang paling baik kepada keluarganya (HR Ibnu Majah). Bahkan cerita sederhana tentang seorang ibu yang hanya memiliki sebiji kurma lalu membaginya untuk dua anaknya, dijadikan pelajaran moral bahwa kebaikan pada anak perempuan bisa menjadi penolong di akhirat (HR Bukhari, Muslim).
Baca juga: Ridha Perempuan, Syarat Sah Pernikahan Menurut Hadis Nabi
Bahkan pada konteks sosial perbudakan, Nabi mengajarkan etika baru. Lelaki yang memiliki budak perempuan, lalu mendidik, memerdekakan, dan menikahinya, akan mendapat dua pahala (HR Bukhari). Bagi sejarawan Islam, hadis ini menandai pergeseran dari sistem patriarkis keras menuju penghargaan martabat manusia, termasuk perempuan.
Tafsir ulama: dari moralitas keluarga ke etika sosial