home masjid

Ilmu Tanpa Batas, Tapi Harus Bernilai: Ketika Pengetahuan Bisa Jadi Kepompong

Senin, 29 September 2025 - 17:00 WIB
Dorongan mencari ilmu adalah naluri dasar manusia. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID-“Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS Thaha [20]: 114). Doa yang diajarkan langsung kepada Nabi Muhammad Saw. itu mengingatkan: ilmu bukanlah titik akhir, melainkan jalan panjang yang tak pernah selesai. Bahkan seorang rasul pun diperintahkan untuk terus belajar.

Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan) menegaskan bahwa dorongan mencari ilmu adalah naluri dasar manusia. Rasulullah Saw. pernah bersabda, ada dua hal yang tak pernah puas: keinginan menuntut harta dan menuntut ilmu. “Yang pertama bisa menjerumuskan, yang kedua bisa meninggikan,” tulis Quraish Shihab.

Haus pengetahuan itulah yang menjadi motor peradaban. Sejak era klasik, umat Islam mengembangkan astronomi, kedokteran, hingga filsafat, terinspirasi dari ayat-ayat kauniyah—tanda-tanda alam—yang berserak di jagat raya. Harun Nasution dalam Islam Rasional (Mizan, 1995) mencatat, dorongan untuk berpikir dan meneliti itulah yang membuat ilmu berkembang pesat di dunia Islam abad pertengahan, jauh sebelum Eropa memasuki Renaissance.

Namun, Al-Quran juga memberi peringatan keras agar manusia tak terjebak dalam kesombongan sains dan teknologi. QS Yunus [10]: 24 menggambarkan kehidupan dunia bak tanaman subur karena hujan; manusia merasa menguasainya, hingga tiba-tiba azab datang dan semua sirna, seakan tak pernah ada. Sebuah alegori tentang rapuhnya peradaban tanpa bingkai moral.

Baca juga: Ketika Cendekiawan Muslim Mulai Mempelajari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Yunani

Peringatan ini terasa relevan hari ini. Internet, kecerdasan buatan, bioteknologi, dan rekayasa genetika berlari lebih cepat daripada regulasi dan etika. World Economic Forum dalam laporan 2023 menempatkan “penyalahgunaan teknologi mutakhir” sebagai salah satu risiko global terbesar dekade ini.

Quraish Shihab menyebut fenomena itu ibarat kepompong: “Jika tak hati-hati, kepandaiannya sendiri bisa membinasakannya.” Ilmu tanpa kendali nilai menjadikan manusia tawanan ciptaannya.
Baca Selanjutnya
Bagikan artikel ini:
Berita Lainnya
berita lainnya