LANGIT7.ID - , Jakarta - Setiap orang pasti memimpikan
lingkungan rumah yang sehat. Di mana penghuni rumah dapat mengembangkan dan membina fisik, mental, dan kehidupan sosial yang baik, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Berbeda halnya dengan rumah yang tidak sehat. Kategori rumah tidak sehat memiliki beberapa indikator antara lain
kualitas udara tidak sehat, kebersihan lingkungan tidak baik, pencahayaan dan ventilasi tidak memadai, tidak terdapat resapan air, serta kurangnya suplai kualitas udara bersih di area
hunian.
Baca juga: Intip 4 Cara Penerapan Desain Biofilik pada Rumah TinggalKarenanya, penting bagi calon pembeli rumah untuk mengetahui apakah keadaan sekitar lingkungan rumah mereka sudah sehat atau belum. Hal ini bisa dilakukan dengan mengetahui kualitas udara yang memiliki PM2.5 rendah.
Lalu, apa sebenarnya PM2.5 itu?
“PM2.5 merupakan sebuah partikel berukuran <2,5 mikro dan dianggap paling berbahaya karena sifatnya yang ringan hingga dapat bertahan lama di udara. Bahkan dampak dari PM2.5 ini bisa membuat iritasi pada mata, hidung, asma, flu hingga kulit kering,” tutur dr. Elfa Satri, dokter umum yang terafiliasi dengan Halodoc dalam keterangan yang diterima Langit7, Selasa (16/8/2022).
PM2.5 ini memiliki ukuran yang sangat kecil, bahkan hanya sebesar pasir dan tidak bisa disaring oleh tubuh manusia. Salah satu dampak PM2.5 juga dapat menurunkan
kecerdasan serta menurunkan fungsi kognitif pada anak kecil.
“Menurut data studi yang dilakukan oleh Air Quality Life Index bekerjasama dengan University of Chicago, PM2.5 dapat menurunkan angka harapan hidup. Di daerah tertentu seperti
Jabodetabek, pengurangan angka harapan hidup ini bahkan bisa mencapai 5-7 tahun,” jelas CEO and Co-Founder Nafas Indonesia Nathan Roestandy.
Selain itu, polusi PM2.5 Di daerah perumahaan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli rumah. Dapat diestimasikan kualitas udara di dalam ruangan memiliki besar kemiripan 95 persen dengan polusi PM2.5 di area di luar ruangan. Dengan begitu, kualitas polusi PM2.5 di dalam rumah tidak berbeda jauh dengan yang ada di luar rumah.
Baca juga: Bukan Cuma Mimpi, Wujudkan Perpustakaan Mini di Rumah Tinggal dengan Cara Sederhana Ini“Dampak memiliki lingkungan area rumah yang memiliki PM2.5 tinggi di antaranya dapat menyebabkan asma, risiko mengembangkan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), fungsi
paru-paru berkurang, gangguan perkembangan saraf hingga risiko penyakit lebih tinggi saat dewasa,” ungkap Nathan Roestandy.
Lebih lanjut, menurut data yang dirilis oleh Nafas pada Juni 2022, polusi PM2.5 tidak dapat ditanggulangi hanya dengan memperbanyak penanaman pohon dan penciptaan area hijau.
Data ini juga menunjukkan bahwa polusi PM2.5 dapat dipengaruhi oleh curah hujan dan angin. Secara rata-rata, polusi PM2.5 ditaksir lebih tinggi di pagi hari dan sifatnya cukup fluktuatif
Selain itu, kadar polusi PM2.5 tidak akan mengalami penurunan hanya dengan pengurangan mobilitas
kendaraan bermotor saja.
Memilih hunian dengan tingkat PM2.5 yang rendah sangatlah penting untuk menjaga kesehatan tubuh penghuni rumah, sehingga dapat tercipta
Triangle Love Situation yaitu terciptanya hunian sehat, udara jernih, dan gaya hidup yang sehat pula.
Hunian sehat juga memiliki beberapa indikator antara lain
ceiling tinggi, jendela besar dan ventilasi yang baik, suplai kualitas udara bersih yang memadai, lingkungan area bersih dan tata ruang yang baik di dalam rumah sesuai fungsinya.
Baca juga: Tips Ciptakan Hunian Pintar Hemat Kantong ala Revano SatriaSalah satu rekomendasi rumah sehat yaitu proyek Tamaruma yang informasinya dapat diakses melalui aplikasi Pinhome. Area sekitar proyek ini memiliki kualitas udara yang baik. Kualitas udara yang baik didukung pula oleh banyaknya area hijau.
Tersedia
club house untuk menunjang kebutuhan pola hidup sehat penghuni. Pada sisi interior, Tamaruma didukung pencahayaan alami yang maksimal melalui banyaknya jendela besar didalam rumah dan sirkulasi udara yang baik melalui
floor to ceiling sebesar 2,8 meter.
(est)