LANGIT7.ID - , Jakarta - Salah satu hal yang kerap tidak disadari masyarakat
perkotaan adalah dampak
kualitas udara bagi kehidupan sehari-sehari. Padahal, setiap harinya mereka terpapar polusi udara.
Bahaya dari polusi udara ini berdampak pada masalah kesehatan di antaranya
kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, perkembangan janin, asma, perkembangan paru-paru lambat, masalah perkembangan, batuk dan sesak napas, penyakit jantung koroner, stroke, kanker paru-paru, bronkitis kronis, diabetes,
demensia, serangan jantung, gagal jantung, paru-paru lemah.
Baca juga: Polusi Udara Indonesia Pada 2021 Terburuk di Asia TenggaraPaparan polusi udara memang tidak bisa dihindari, namun ada sejumlah cara untuk
mengantisipasi udara tidak sehat dan meningkatkan kualitas udara di sekitar rumah.
Hal pertama dengan menutup jendela atau
ventilasi natural ketika kondisi udara memburuk. Kemudian, berolahraga di dalam ruangan dan mengatur waktu olahraga di luar ruangan.
Cara lain yang bisa dilakukan seperti memakai masker saat berada di luar ruangan, menggunakan air purifier untuk membersihkan udara di ruangan dan membatasi benda beraroma, seperti lilin
aromaterapi dan penyegar udara.
Sementara untuk memilih hunian dengan kualitas udara yang baik, Head of Agent Account Management Pinhome Panca Satria menyarankan untuk mengecek rencana pembangunannya terlebih dulu.
Baca juga: Polusi Udara Kurangi 2,5 Tahun Usia Orang Indonesia“Kita dapat mempertimbangkan kualitas udara sebagai faktor penting dalam mencari hunian. Pertama, kita bisa melihat rencana pembangunan," kata Satria melalui siaran persnya, dikutip Sabtu (17/9/2022).
Dia menambahkan, rata-rata
project properti primary adalah
project inden yang biasanya (membutuhkan waktu) 12 atau 24 bulan. Di sini Sahabat bisa memperhatikan proses pembangunan properti, apakah mengutamakan kualitas udara dengan melihat kedekatan dengan kawasan industri.
“Lalu jarak lokasi. (Apakah) bangunan-bangunan (perumahan) itu bisa mendatangkan kerumunan dan menyebabkan kemacetan. Tapi hal ini (sebenarnya) diperlukan juga, karena di suatu hunian kita tidak mau dong hunian kita ada di kawasan yang sepi? Karena kepadatan penduduk belum tentu menjadi faktor polusi udara yang tidak baik,” tutup Panca.
Baca juga: Polusi Udara Jakarta Memburuk selama PPKM Darurat Dibanding PSBB(est)