LANGIT7.ID, Jakarta - Umat Islam di Indonesia memiliki sejumlah sebutan untuk rumah ibadah, yakni masjid, musala, surau dan langgar. Lalu mana yang lebih baik untuk
salat berjamaah?
Penamaan rumah ibadah ini awalnya hanya satu, yakni
masjid yang berasal dari kata 'sujudan', 'fi’il sajada madinya' (ia sudah sujud). Lalu mengapa ada nama-nama lain seperti surau, mushala, dan langgar?
Berdasarkan tulisan Haslizen Hoesin pada laman wordpress
Bukik Ranah Ilmu pada Agustus 2009, masjid merupakan pusat ibadah, kebudayaan dan kehidupan Islam pada umumnya (Sidi Gazalba). Tempat ini pun dipakai untuk anak-anak mengaji, belajar agama, bahkan berkumpulnya umat.
Begitu juga Surau. Namun penamaan ini berasal dari budaya asli Ranah Minang (Sumatera Barat). Surau ini milik kaum, suku atau induak (indu).
Baca Juga: Pesan Ustadz, Jangan Bawa-Bawa Urusan Dunia saat Sedang SalatSetelah Islam masuk, kegiatan ibadah pun berlangsung di Surau. Tapi hakihatnya masjid dan surau sama-sama menjadi pusat peribadatan dan kegiatan warga, serta lembaga pendidikan Islam.
Lalu mushala ini merupakan bangunan kecil dari masjid. Perbedaannya hanya untuk shalat saja. Pun dengan jumlah jamaah yang lebih sedikit. Sementara kegiatan umat lainnya tidak diadakan di tempat tersebut.
Musala sama seperti langgar. Tempat ibadah umat Muslim ini lebih dikenal spesifik di wilayah Jawa. Umumnya berbentuk rumah panggung dan hanya menampung 5-10 orang.
Pahala Salat BerjamaahTolok ukur mendapatkan pahala salat berjamaah tidak mesti ke masjid. Sahabat Langit7 bisa mendatangi musala, surau atau pun langgar.
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Sukabumi, Yudi Yansyah menilai, shalat berjamaah bukan termasuk bagian dari syarat sahnya shalat. Bila dikerjakan sendiri pun akan tetap sah.
Tapi sebagai umat Muslim, kita diminta tetap mengedepankan shalat berjamaah agar mendapatkan keutamaan-keutamaannya, salah satunya pahala berlipatganda
Dalam Hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: "Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding shalat sendirian." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur." (HR. Muslim).
(bal)