Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 11 September 2024
home lifestyle muslim detail berita
Opini

Memaknai Keberkahan Ramadan: Bulan Penempa Karakter Manusia

imam shamsi ali - presiden nusantara foundation Ahad, 26 Maret 2023 - 17:00 WIB
Memaknai Keberkahan Ramadan: Bulan Penempa Karakter Manusia
Ilustrasi. Foto: Langit7/iStock.
LANGIT7.ID, - Jakarta - Di antara keberkahan Ramadan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa bulan Ramadan dipersiapkan sebagai bulan untuk menempa karakter kemanusiaan kita. Bulan di mana setiap Muslim seharusnya melakukan apa yang saya biasa sebut “character building” (pembentukan Karakter).

Pembentukan karakter ini menjadi esensi yang mendasar dari religiusitas (keislaman) seseorang. Sehingga segala aspek keagamaan, akidah dan ibadah, akan terukur pada nilai karakter. Karakter dalam beragama dan kehidupan itulah yang disebut Al-Akhlaq.

Baca juga: Biar Puasa Makin Berkah, Perhatikan Tiga Amalan Pokok Ramadhan

Iman akan dipertanyakan di saat karakter manusia tidak tergambarkan sesuai pengakuan keimanan. Pengakuan beriman tapi tidak membangun amanah dalam kehidupan dipertanyakan.

Bahkan Rasulullah menegaskan: “tidak ada iman seseorang yang tidak amanah”.

Demikian pula ibadah-ibadah dipertanyakan (questionable) di saat tidak melahirkan karakter atau Akhlaq yang baik. Salat misalnya yang tidak mencegah perbuatan keji dan mungkar adalah Salat yang dipertanyakan. Berbagai ayat Al-Quran maupun hadits menjelaskan posisi Akhlaq dalam beragama dan kehidupan.

Rasulullah SAW terpuji secara khusus dalam Al-Quran dengan akhlaqnya: “dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki Akhlaq yang sangat agung”.

Dalam sebuah hadits bahkan digambarkan bagaimana di hari akhirat kelak seseorang akan mengalami kebangkrutan. Ketika mereka kembali kepada Allah dengan ragam amalan ritualnya; Sholat, puasa, Haji, dzikir, dan lainnya.

Tapi selama hidupnya pernah menyakiti, menggibah, menggunjing, berbohong, dan berbagai prilaku Akhlaq yang buruk. Singkat cerita, orang yang demikian pada akhirnya dilempar masuk ke dalam neraka.

Semua amalan ritualnya bangkrut karena prilaku buruk yang dia lakukan selama hidupnya.

Baca juga: Memaknai Keberkahan Ramadhan: Momentum Reorientasi Kehidupan


Karakter mental

Karakter manusia itu ada dua. Ada karakter fisikal seperti suka menolong, ramah dan mudah senyum, dan lain-lain.
Sementara karakter mental adalah keadaan kejiwaan yang mendorong terlahirnya prilaku fisikal tadi.

Karakter mental inilah sesungguhnya yang menentukan aspek fisikal atau lahiriyah manusia.

Walau terjadi perbedaan penafsiran di kalangan para Ulama dan ahli filsafat tentang kejiwaan manusia, penggambaran Rasulullah SAW mungkin bisa dijadikan acuan.

Dalam haditsnya beliau menjabarkan: “sesungguhnya pada diri manusia itu ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik maka baik seluruh anggota tubuhnya. Tapi jika segumpal darah itu buruk/rusak maka rusak/buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Itulah hati” (hadits).

Saya tidak bermaksud menjabarkan perbedaan dan argumentasi para ahli tentang kecenderungan kejiwaan (mental) manusia.

Saya hanya ingin menjelaskan tentang satu hal yang seorang Mukmin harus perjuangkan demi terbentuknya karakter atau Akhlaq mulia itu. Yaitu urgensi membangun mental atau kejiwaan yang terikat/terkoneksi dengan Allah SWT. Koneksi batin ini dalam ajaran agama disebut “Al-Ihsan”.

Baca juga: Tips Biar Ngabuburit Dapat Berkah, Waktu Tidak Terbuang Sia-Sia

Al-Ihsan itu ada dua sisi yang saling terkait dan menentukan. Ihsan pada dimensi vertikal. Dan ihsan pada dimensi horizontal. Dalam bahasa Al-Quran kedua dimensi ini dikenal dengan “hablun minallah dan hablun minan naas”.

Walaupun kata “annaas” di sini tidak terbatas pada manusia. Tapi seluruh makhluk, termasuk lingkungan.

Dimensi vertikal Ihsan terekspresikan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW: “hendaklah engkau menyembah Allah seolah engkau melihatnya. Dan jika engkau tidak mencapai tingkatan yang demikian, yakinlah jika Allah melihat engkau”.

Pada sisi inilah puasa memiliki esensi yang mendasar dalam membangun ihsan. Karena kita tahu bahwa puasa adalah amalan ibadah yang sangat pribadi (personal) antara seorang hamba dan Tuhannya.

Sehingga dengan sendirinya melatih seorang hamba untuk selalu merasakan kehadiran Allah (ma’iyatullah) dalam dirinya dan kedekatanNya (Qurbah).

Terbentuknya dimensi vertikal “ihsan” pada diri seseorang ini akan mampu membangun dimensi horizontal ihsan dalam kehidupannya. Dimensi horizontal ihsan inilah yang terekspresi dalam prilaku fisikal atau karakter seseorang.

Baca juga: Memaknai Keberkahan Ramadhan

Ketika seseorang itu berbuat baik (ihsan horizontal) maka perbuatannya tidak terlepas dari kesadaran akan kehadiran Allah (ihsan vertikal).

Sehingga perbuatannya dalam segala bentuknya terilhami oleh nilai-nilai samawi (dimensi vertikal ihsan) itu. Ikatan nilai-nilai samawi ini yang menjadikannya selalu dalam karakter yang benar, baik, indah, nyaman dan memberikan rasa aman.

Karakter yang terlahir dari Al-Ihsan itulah yang dalam agama dikenal dengan “Makarim Al-Akhlaq”. Yaitu karakter mulia yang secara mendasar menjadi esensi religiusitas seseorang. Bahkan makarimul akhlaq ini menjadi kesimpulan dari misi Dakwah Rasulullah SAW.

Seperti yang beliau sabdakan: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”.

Semoga Ramadan kita penuh dengan berbagai keberkahan, termasuk keberkahan dengan terbentuknya prilaku yang lebih baik.
Sehingga puasa yang kita lakukan tidak termasuk “puasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga” (hadits).

Atau jangan sampai puasa kita adalah puasa yang tidak diinginkan oleh Allah, seperti yang disabdakan Rasulullah: “barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan mauoun perbuatan buruk, maka tiada hajat bagi Allah untuk dia tinggalkan makan dan minum”. (Hadits).

Jamaica Hills, 25 April 2023

*Presiden Nusantara Foundation

(est)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
right-1 (Desktop - langit7.id)
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 11 September 2024
Imsak
04:23
Shubuh
04:33
Dhuhur
11:53
Ashar
15:07
Maghrib
17:54
Isya
19:02
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan