LANGIT7.ID-, Jakarta- - Presenter sekaligus konten kreator Daniel Mananta mengaku terkejut ada
sekolah internasional di Jabodetabek yang menyediakan toilet "gender netral".
"Waktu saya ke sekolah itu, saya ke resepsionis dan lihat ada WC untuk laki, perempuan, sama gender netral. Saya cukup kaget," cerita Daniel.
Penasaran dengan temuannya itu, Daniel pun menemui pengajar di sekolah tersebut. Suami dari Viola Maria ini makin kaget mendengar penjelasan sang guru.
Daniel menceritakan, sekolah dengan alasan menghormati murid-muridnya, membebaskan apapun yang dirasakan anak didiknya.
"Mereka tidak ingin menilai apakah pilihan tersebut benar atau salah, tetapi ingin membebaskan murid untuk menjelajahi perasaan mereka lebih jauh," lanjut Daniel.
Baca juga:
Tantri Namirah Bagi Tips Pintar Bergaya Plus Bijak Belanja Bareng PasanganBahkan, seluruh percakapan dengan pendidik di sekolah akan dijaga kerahasiannya dan tidak dibicarakan ke orang tua siswa.
Melihat hal itu, Daniel menduga sekolah tersebut mendukung LGBT. Terlebih status yang berlabel internasional, sehingga Daniel menganggap sekolah tersebut terbuka dengan woke agenda.
"Mungkin karena ini sekolah yang sudah levelnya internasional, jadi mereka sangat terbuka sama yang namanya 'woke agenda'," ujarnya, dilansir dari kanal Daniel Tetangga Kamu, Jumat (4/8/2023).
Woke agenda sendiri diambil dari bahasa slang yang menjelaskan pergerakan untuk menormalisasikan perasaan setiap individu. Dengan kata lain, dukungan untuk seseorang menentukan identitas sesuai yang dirasakan individu tersebut.
"Ini tentang seksualitas, gender, menjadi sebuah topik yang relevan banget. Youtube, social media, TikTok dan lainnya banyak pesan tentang woke agenda ini," sahut pria yang mengawali karirnya sebagai VJ ini.
Padahal, lanjut Daniel, orang tua memiliki otoritas untuk membicarakan segala hal pada anak. Dengan kata lain, orang tua adalah "sekolah pertama" bagi anak.
Diakui Daniel, banyak orang tua, termasuk dirinya, yang masih merasa malu bila harus membicarakan tentang seksualitas. Hingga menyerahkan pada sekolah atau tempat ibadah untuk mengajarkan hal tersebut pada anak.
"Kadang-kadang kita mengharapkan udahlah biar sekolahan yang mengajarkan dia tentang seksualitas. Biar agama atau tempat ibadahnya aja yang mengajarkan seksualitas. Tapi sebagai orang tua justru nggak berani ngajarin seksualitas karena awkward," tegas Daniel.

(ori)