Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 30 Oktober 2025
home lifestyle muslim detail berita

Mengenal Tatreez, Seni Sulam Khas Palestina Sarat Makna yang Terancam Punah

esti setiyowati Kamis, 12 Oktober 2023 - 14:00 WIB
Mengenal Tatreez, Seni Sulam Khas Palestina Sarat Makna yang Terancam Punah
Dunia mode Palestina memiliki ciri khas pada sulaman atau bordiran yang disebut tatreez.
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Di tengah gempuran Israel, Palestina menyimpan seni budaya yang cantik melalui fesyen tradisional yang unik.

Dunia mode Palestina memiliki ciri khas pada sulaman atau bordiran yang disebut tatreez. Pola yang dihadirkan tatreez menampakan goresan warna warni yang saling bersilangan.

Tatreez adalah bahasa Arab yang memiliki arti sulaman atau secara umum disebut hiasan kain. Menurut peneliti dan pengajar di The Tatreez Institute yang berbasis di AS, dan spesialis koleksi di The Museum of the Palestine People, Wafa Ghnaim, referensi tatreez saat ini banyak merujuk pada sulaman Palestina.

"Palestina berpartisipasi dalam budaya menyulam global dan praktik kuno kita, seperti banyak budaya lainnya, sudah ada sejak lama," kata Ghnaim, seperti dikutip dari Gulf News.

Sementara pengrajin tatreez dari Ain al-Hilweh, kamp pengungsi Palestina di distrik Sidon, Lebanon, Randa Yousef Al Miyari, mengatakan sulaman khas Palestina ini sudah ada sejak 3.000 tahun yang lalu.

"Tatreez adalah teknik bordir kuno yang berasal dari era Kanaan, orang yang tinggal di wilayah Arab, 3.000 tahun yang lalu," terang Al Miyari.

Baca juga:7 Desainer Palestina Berbagi Keindahan Sekaligus Penderitaan Lewat Fesyen

Menurutnya, teknik bordir ini telah digunakan oleh orang Palestina selama berabad-abad lampau. Tatreez menggunakan warna dan pola berbeda yang melambangkan status sosial, perkawinan, serta desa asal.

"Jadi setiap karya tatreez menceritakan kisah dan sejarah seseorang hanya dengan menggunakan benang, jarum, dan warna," lanjut Al Miyari.

Sementara dari sisi historis, proses pembuatan tatreez disebut sebagai jalan untuk memperat ikatan antara ibu dan anak-anak perempuannya.

Di sesi ini, kata Al Miyari, para perempuan terlibat dalam dialog terbuka, bercerita sejarah, hingga mengatur pernikahan.

"Karena tatreez biasanya merupakan aktivitas komunal, ketika Anda menghabiskan waktu berjam-jam duduk [tanpa melihat orang lain] dan fokus pada [tangan Anda] dan setiap jahitan, Anda pasti akan lebih mengenal orang-orang di sekitar Anda," urainya.

Sesi Tatreez merupakan ajang bagi para nenek dan ibu untuk menularkan kearifannya kepada putri mereka.

Sulaman tatreez memiliki banyak pola dengan makna yang berbeda-beda. Al Miyari mengatakan, setiap wilayah dan desa memiliki sedikit variasi pola tatreez yang menceritakan kisahnya sendiri.

"Jika saya melihat seorang wanita mengenakan thobe dengan motif bunga jeruk, saya pasti mengenalinya sebagai tatreez gaya Beit Dajan, sebuah desa yang terkenal dengan kebun jeruknya," terang Al Miyari.

Disebutkan Al Miyari, beberapa gaun memiliki sulaman melingkar di bagian dada, yang mungkin terbuat dari benang emas atau sutra yang menandakan royalti di masa lalu.

Benang emas atau sutra, kata Al Miyari, umumnya dipakai oleh pengantin. Sementara benang katun disulam pada kain thobe sehari-hari.

Namun, lanjut Al Miyari, tergantung pada wilayahnya. Sebab, benang yang dipakai untuk tatreez biasanya diwarnai menggunakan sumber alami, seperti tanaman dan daun dari daerah tersebut.

Misalnya, kulit buah delima dipakai untuk mewarnai benang menjadi merah, sedangkan nila digunakan untuk berbagai warna biru.

Kuning kehijauan dihasilkan dari tanaman sumac, kuning dihasilkan dari daun anggur, dan hitam dibuat dari kulit kenari.

Terkait bahan atau kain yang dipakai, Al Miyari mengatakan, tatreez tradisional dibuat dari kain linen, sutra atau campuran keduanya.

Namun, di pengungsian, perempuan harus menggunakan bahan-bahan yang tersedia. Seperti di Gaza, untuk membuat tatreez pada thobe menggunakan karung goni dari hasil donasi.

Pun begitu, tatreez menjadi cara rakyat Palestina bertahan. Perempuan di kamp pengungsian menghasilkan karya seperti syal, dompet, dan tali pengikat tas untuk berbagai organisasi.

Berbicara lama pengerjaan, seni sulam tatreez membutuhkan waktu yang tergantung pada kisah apa yang akan diceritakan.

Umumnya pengerjaan tatreez memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya untuk diselesaikan. Lagi-lagi hal itu tergantung dari kerumitan hiasan desainnya.

Seni tatreez dinilai sebagai hal penting saat ini, karena menjadi simbol persatuan nasional. Sulaman khas Palestina ini menghidupkan lagi para diaspora sebagai rasa reklamasi, yang terhubung dengan warisan budaya mereka.

Sayangnya, saat ini tatreez adalah bentuk seni yang terancam punah.

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 30 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:54
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan