LANGIT7.ID-, Jakarta- - Rupiah mengalami penguatan signifikan pada perdagangan Selasa (17/9/2024) sore. Mata uang Indonesia ini berhasil menguat 66,5 poin ke level Rp15.335 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di Rp15.401,5. Penguatan ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan kebijakan September.
Sentimen positif terhadap rupiah juga diperkuat oleh melemahnya indeks dolar AS menjelang pertemuan The Fed. Pasar saat ini memperkirakan peluang 61% untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin, meningkat tajam dari sekitar 15% pada minggu lalu. Hal ini menyebabkan imbal hasil obligasi pemerintah AS turun, terutama yield acuan 10 tahun yang telah turun 30 basis poin dalam dua minggu terakhir.
Faktor global lainnya yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah kebijakan moneter di kawasan lain. The Fed secara luas diharapkan untuk mengumumkan pemotongan suku bunga pada akhir pertemuan kebijakan September pada hari Rabu. Meskipun awalnya diperkirakan akan memotong 25 basis poin, spekulasi tentang pemotongan yang lebih agresif sebesar 50 basis poin mulai beredar setelah laporan dari Wall Street Journal dan Financial Times minggu lalu.
Pasar berjangka kini memperkirakan Fed akan memulai siklus pelonggaran minggu ini, yang berpotensi menurunkan suku bunga lebih dari 100 basis poin pada akhir tahun. Imbal hasil Treasury AS telah turun signifikan menjelang pertemuan Fed, dengan imbal hasil dua tahun turun 2,5 basis poin menjadi 3,5509%, jauh dari level sekitar 3,94% dua minggu lalu.
Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu lalu. Namun, Presiden ECB Christine Lagarde meredam ekspektasi untuk pengurangan biaya pinjaman lebih lanjut bulan depan. Anggota Dewan Gubernur ECB Peter Kazimir menyatakan bahwa ECB kemungkinan besar harus menunggu hingga Desember sebelum memangkas suku bunga lagi untuk menghindari kesalahan kebijakan.
Sementara itu, Bank of England diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada 5% pada hari Kamis, setelah memulai pelonggaran dengan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Agustus. Pasar berjangka saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga seperempat poin sebesar sekitar 35,9% pada hari Kamis, meningkat dari 20% pada hari Jumat.
Dari sisi domestik, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Agustus 2024, melanjutkan tren positif selama 52 bulan berturut-turut. Surplus sebesar US$2,9 miliar ini didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas, terutama dari komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.
Ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2024 mencapai US$22,36 miliar, meningkat 7,43% dibandingkan dengan Juli 2024. Kenaikan ini terutama ditopang oleh peningkatan ekspor produk lemak dan minyak nabati, biji logam, serta terak dan abu. Secara keseluruhan, total ekspor Indonesia pada Agustus mencapai US$23,56 miliar, mengalami kenaikan 5,79% dari bulan sebelumnya.
"Penguatan rupiah hari ini mencerminkan optimisme pasar terhadap kebijakan The Fed dan fundamental ekonomi Indonesia yang solid," ujar Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka dalam keterangan resmi, Selasa (17/9/2024).
"Capaian surplus neraca perdagangan ini sangat menggembirakan, mengingat kondisi pasar utama seperti Jepang dan Amerika Serikat sedang mengalami kontraksi di sektor manufaktur," tambah Ibrahim.
Untuk perdagangan besok, rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp15.230 hingga Rp15.350 per dolar AS.
(lam)