LANGIT7.ID-, Jakarta- - Petinggi Suzuki menegaskan bahwa Suzuki Jimny tidak akan mengadopsi teknologi mobil listrik karena hal tersebut justru akan merusak esensi dari mobil off-road mungil ini. Keputusan ini sejalan dengan penundaan rencana pengembangan kendaraan listrik Suzuki secara global, mengingat menurunnya permintaan pasar dan semakin ketatnya persaingan dari produsen mobil Tiongkok.
Dalam wawancara eksklusif dengan majalah otomotif Inggris Autocar, Presiden Suzuki Toshihiro Suzuki dengan tegas menolak ide mengubah Jimny menjadi kendaraan listrik. "Bicara soal Jimny EV, saya rasa itu akan merusak keunggulan utama Jimny," ujar Suzuki. "Menurut saya, kekuatan inti Jimny ada pada bobot kendaraannya yang pas."
Di Inggris dan Eropa, Suzuki Jimny hanya tersedia dalam versi dua kursi dengan penghalang kargo di belakang penumpang karena pertimbangan regulasi emisi untuk kategori 'kendaraan komersial'. Berbeda dengan di Australia, Jimny dijual dengan konfigurasi empat kursi untuk model tiga pintu maupun lima pintu (XL), menggunakan mesin bensin empat silinder 1.5 liter.
Meski sebelumnya Jimny versi empat kursi diharapkan bisa kembali ke pasar Inggris dan Eropa dengan syarat mengadopsi teknologi listrik atau hybrid, peluang bertahannya Jimny di pasar global justru mungkin datang dari penggunaan bahan bakar berkelanjutan.
"Jika kami ingin terus menyediakan Jimny sebagai kendaraan untuk kalangan profesional, mungkin e-fuel atau biofuel dengan teknologi mesin konvensional bisa menjadi solusi untuk mempertahankan Jimny di masa depan," tambah Suzuki.
Dalam laporan terpisah, Suzuki-san mengungkapkan kepada Autocar bahwa perusahaan sedang menunda rencana pengembangan mobil listrik mereka, yang berpotensi mengancam target peluncuran lima model listrik hingga akhir dekade ini.
"Kami berada dalam situasi yang sangat sulit saat ini karena penjualan mobil listrik sedang melambat. Di sisi lain, mobil listrik murah dari Tiongkok mulai membanjiri pasar. Ini membuat timing untuk memperkenalkan mobil listrik baru menjadi sangat menantang," jelas eksekutif tersebut.
"Melihat situasi saat ini, di mana insentif pemerintah untuk mobil listrik mulai berkurang dan ditambah dengan kompetisi ketat dari mobil listrik Tiongkok, kami harus berpikir matang tentang jenis mobil listrik apa yang sebaiknya diperkenalkan ke pasar dan kapan waktu yang tepat."
Pada Januari 2023, Suzuki telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan lima model mobil listrik di Eropa hingga 2030, dengan salah satu dari lima kendaraan tersebut memiliki siluet yang mirip dengan Jimny.
Meski sebelumnya Suzuki menargetkan 80 persen penjualan di Eropa akan berasal dari mobil listrik pada 2030 – dengan 20 persen sisanya dari hybrid – komposisi ini justru terbalik di pasar domestik Jepang.
Sementara itu di India – pasar utama Suzuki dan lokasi produksi berbagai modelnya – perusahaan berencana meluncurkan enam mobil listrik hingga 2030, menyumbang 15 persen dari total penjualan, dengan mobil hybrid menyumbang 25 persen.
Suzuki belum menetapkan target serupa di Australia, di mana satu-satunya kendaraan elektrifikasi yang dijual adalah Swift terbaru dengan sistem mild-hybrid 12-volt yang menghasilkan penghematan bahan bakar minimal.
Namun perusahaan telah mengkonfirmasi versi 'full-hybrid' dari Vitara dan S-Cross akan hadir di showroom tahun depan.
Ketika itu terjadi, Jimny akan menjadi salah satu dari sedikit model Suzuki – bersama dengan Ignis yang akan discontinued dan Fronx yang akan segera meluncur – yang dijual di Australia tanpa elektrifikasi.
Jimny diprediksi akan tetap menjadi model terlaris merek ini, dengan hadirnya Jimny XL lima pintu membantu Suzuki mengurangi daftar tunggu yang sebelumnya mencapai lebih dari 18 bulan pada puncak permintaan.
Suzuki belum mengkonfirmasi apakah akan membawa model e-Vitara terbaru, yang diperkenalkan hari ini, ke Australia. SUV listrik ini akan mulai diproduksi di India antara Maret hingga Mei 2025 untuk pasar global.
(lam)