LANGIT7.ID-Jakarta; Bank Muamalat Indonesia memasuki babak baru dengan mengangkat tokoh senior perbankan syariah, Imam Teguh Saptono, sebagai Direktur Utama melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Rabu (11/12/2024).
Pengangkatan ini menandai langkah strategis bank syariah pertama di Indonesia tersebut dalam memperkuat posisinya di industri keuangan syariah nasional.
Sosok Imam Teguh Saptono bukanlah nama baru dalam dunia perbankan syariah Indonesia. Pria kelahiran Jakarta 1969 ini memiliki rekam jejak cemerlang dalam mengembangkan bisnis keuangan berbasis syariah.
Prestasi terbesarnya tercatat saat memimpin BNI Syariah, di mana ia berhasil mendorong pertumbuhan laba hingga 21,38% year-on-year pada akhir masa kepemimpinannya di 2016.
Latar belakang akademis yang kuat menjadi fondasi kesuksesan Imam dalam industri keuangan. Alumnus IPB University ini mengantongi tiga gelar dari almamaternya - Sarjana Pertanian (1992), Magister Manajemen Agribisnis (1994), dan Doktor Manajemen Bisnis (2011).
Perjalanan karirnya dimulai di Garuda Indonesia sebagai Trainee for Management Instructor sebelum bergabung dengan Bank BNI pada 1996, dimana ia kemudian menjabat sebagai Senior Asisten Manajer Hubungan Investor Bidang Riset Pasar Modal dan Pengembangan Bank.
Keahliannya dalam sektor keuangan syariah mulai terlihat sejak 2008 saat menjabat sebagai Wakil Koordinator Unorganic Growth Project. Setelah sukses memimpin BNI Syariah, Imam memperluas kontribusinya di sektor keuangan syariah dengan menjabat sebagai Direktur Utama PT Trihamas Finance Syariah pada 2018.
Kiprahnya juga merambah ke sektor wakaf sebagai Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia.
Dalam RUPSLB yang diselenggarakan Rabu (11/12/2024), Pelaksana Tugas Komisaris Utama Bank Muamalat, Andre Mirza Hartawan, menyampaikan apresiasi kepada jajaran pengurus sebelumnya dan sambutan hangat kepada pengurus baru.
"Semoga jajaran pengurus perseroan yang telah mendapat amanah dapat mengimplementasikan strategi pertumbuhan bisnis Bank Muamalat yang berkelanjutan, serta senantiasa menjalankan perusahaan dengan tata kelola yang baik," ujarnya.
Pengalaman Imam di gerakan ekonomi syariah juga tercatat saat ia menjabat sebagai Ketua I Bidang Bisnis Koperasi Syariah (KS) 212, sebuah lembaga yang terbentuk pasca Aksi Bela Islam 212 yang diinisiasi untuk menuntut dipenjarakannya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Posisi ini semakin mempertegas pemahamannya terhadap aspek sosial-ekonomi dalam keuangan syariah.
(lam)