LANGIT7.ID-Jakarta; Dominasi PT Bank Tabungan Negara Syariah (BTN Syariah) di segmen pembiayaan perumahan berbasis syariah mencapai titik signifikan dengan penguasaan pasar lebih dari 90 persen. Pencapaian ini menjadi modal kuat bagi Unit Usaha Syariah (UUS) milik BTN yang akan bertransformasi menjadi Bank Umum Syariah (BUS) sebelum akhir 2025, sekaligus menjadikan BTN Syariah sebagai pesaing utama bagi perbankan syariah lainnya.
Keunggulan BTN Syariah di sektor KPR syariah semakin diperkuat dengan besarnya permintaan dari segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu mengungkapkan, sekitar 20-25 persen MBR menginginkan skema KPR berbasis syariah, menunjukkan potensi pasar yang masih sangat besar untuk dikembangkan.
Baca juga: BTN Perkuat Sektor Perbankan Syariah, Akuisisi Bank Victoria Syariah Rp1,06 TriliunSpesialisasi BTN Syariah dalam pembiayaan perumahan syariah juga menjawab kebutuhan industri perbankan syariah nasional akan hadirnya pemain besar yang fokus pada sektor spesifik. Hal ini sejalan dengan pandangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa industri perbankan syariah saat ini masih didominasi oleh satu entitas, situasi yang dinilai kurang kondusif untuk persaingan.
"Kita butuh minimal dua bank BUMN yang bergerak di bidang perbankan syariah, mengingat potensi pasarnya sangat besar. Pangsa pasar BTN Syariah nantinya tidak akan berbenturan dengan bank syariah lainnya," ungkap Nixon dikutip Kamis (30/1/2025).
Menurutnya, BTN Syariah berpotensi menjadi pemain utama di industri perbankan syariah dengan keunggulannya sebagai market leader KPR berbasis syariah di Indonesia.
Keseriusan BTN mengembangkan unit usaha syariahnya juga ditunjukkan melalui rencana akuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS). Rencananya, BVIS akan diintegrasikan dengan BTN Syariah sebagai bagian dari proses spin-off menjadi BUS yang ditargetkan rampung pada semester II-2025.
Dari sisi kinerja keuangan, BTN Syariah terus mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Tercatat aset BTN Syariah telah mencapai Rp58 triliun per kuartal III-2024, tumbuh 19,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp48 triliun. Bahkan per akhir 2024, aset BTN Syariah telah menyentuh angka Rp60 triliun.
"Dengan perhitungan pertumbuhan yang konsisten seperti saat ini, dalam waktu tiga tahun ke depan aset BTN Syariah diprediksi bisa mencapai Rp100 triliun," tutur Nixon.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menegaskan pihaknya mendukung upaya konsolidasi di industri perbankan syariah. "Kami terus mendorong terjadinya konsolidasi melalui berbagai aksi korporasi, baik spin-off, merger, maupun akuisisi untuk membangun iklim persaingan yang lebih sehat di industri perbankan syariah nasional," katanya.
(lam)