LANGIT7.ID-Jakarta; Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, melakukan kunjungan silaturahmi ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) baru baru ini. Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ramadan yang bertujuan untuk mempererat hubungan sekaligus bertukar gagasan terkait pengembangan umat.
Kedatangan Menag diterima oleh Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, dan Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf. Turut hadir dalam pertemuan ini para pimpinan Badan Otonom (Banom) NU. Selain itu, Kementerian Agama juga menyerahkan bantuan dana sosial kelembagaan kepada PBNU.
Dalam pertemuan tersebut, Menag memaparkan empat program utama Kementerian Agama yang sedang dijalankan, yaitu kurikulum cinta, kerukunan umat beragama, nasionalisme, dan penguatan ekoteologi.
Menag menjelaskan bahwa kurikulum cinta dirancang untuk membangun toleransi sejati di Indonesia sejak dini, terutama melalui pendidikan. "Kami berharap tidak ada lagi guru yang mengajarkan kebencian. Kurikulum ini bertujuan menciptakan generasi yang lebih toleran dan penuh kasih sayang," ujarnya.
Selain itu, Menag juga menekankan pentingnya ekoteologi, yaitu pendekatan teologis yang ramah lingkungan. "Kita perlu menciptakan bahasa yang lebih ramah lingkungan, baik dalam ceramah maupun materi pendidikan. Ini penting untuk masa depan kita," tambahnya.
Tidak hanya itu, Menag juga menyoroti pentingnya memperkuat nasionalisme melalui pendekatan keagamaan. "NU telah mewariskan prinsip bahwa nasionalisme adalah bagian dari iman, seperti dalam prinsip hubbul wathon minal iman. Ini perlu terus kita jaga dan kuatkan," ujarnya.
Kementerian Agama juga berencana membangun poros budaya yang kuat untuk bangsa yang majemuk, dengan mengedepankan kerukunan umat. Menag menegaskan bahwa kekuatan Indonesia terletak pada kerukunannya. Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara yang rukun di tengah kemajemukan suku dan agama, Menag menilai masih diperlukan penguatan toleransi. "Toleransi bukan sekadar hidup berdampingan, tetapi juga saling menyayangi," tegasnya.
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menyambut baik gagasan yang disampaikan Menag. Ia menyatakan bahwa program Kementerian Agama tersebut sejalan dengan program yang sedang dijalankan PBNU, seperti Gerakan Keluarga Maslahat NU (GKMNU). "Ada enam matra dalam GKMNU, di antaranya terkait pendidikan dan lingkungan. Ini sejalan dengan program Kemenag," ujar Yahya.
Selain itu, PBNU juga terlibat dalam forum R20 (Religion Twenty), sebuah forum internasional yang mencari solusi atas berbagai masalah global melalui pendekatan agama. "Kami telah menjalankan spiritual teologi, yaitu mencari solusi atas masalah kemanusiaan melalui pendekatan keagamaan," kata Yahya.
Yahya berharap kerja sama antara PBNU dan Kementerian Agama dapat terus berjalan secara sinergis untuk mendukung pembangunan yang lebih konstruktif bagi Indonesia.(*/saf/kemenag)
(lam)