LANGIT7.ID-Miami; Tidak sering seorang petenis meninggalkan lapangan sebagai pemenang setelah kekalahan melelahkan dalam tiga set, tapi itulah yang terjadi pada Emma Raducanu di Miami Open.
Jika kita mundur ke awal Maret, pikiran Raducanu sama sekali tidak terfokus pada pertandingan di tahap akhir turnamen WTA 1000 karena berbagai alasan.
Bahkan, dia awalnya tidak berencana bermain tenis di Amerika atau mengikuti Sunshine Double’—yang mencakup turnamen di Indian Wells dan Miami.
Awal tahun yang penuh tantangan, baik di dalam maupun luar lapangan, termasuk serangkaian kekalahan yang mengikis kepercayaan dirinya, memunculkan pertanyaan tentang kemampuan Raducanu bersaing di puncak tenis putri.
Belum lagi insiden di Dubai, di mana dia didekati seorang pria yang menunjukkan perilaku mengganggu, membuatnya terguncang dan mempertimbangkan langkah selanjutnya dalam kariernya.
Juara US Open 2021 ini bahkan sempat berpikir untuk mengundurkan diri dari turnamen WTA 1000 di Indian Wells untuk memulihkan diri. Beberapa orang bahkan menduga dia mungkin akan istirahat sementara dari tenis.
Kekalahan di babak pertama Indian Wells menunjukkan kurangnya persiapan Raducanu, tapi dia berhasil fokus kembali untuk Miami Open—dan hasilnya luar biasa.
Kemenangan melawan Emma Navarro, McCartney Kessler dan Amanda Anisimova menandai kebangkitan Raducanu. Namun, performanya melawan Jessica Pegula (peringkat 4 dunia) membawa kisahnya di Miami ke level berikutnya.
Pegula, yang sedang dalam performa terbaik, langsung mendominasi set pertama. Raducanu berjuang keras dan hanya mampu merebut tiga game melawan lawan yang solid dari garis belakang dan mematikan saat menyerang.
Setelah kehilangan set pertama, Raducanu bisa saja langsung kalah, tapi dia bangkit dengan permainan spektakuler di set kedua dan seharusnya menutup set itu lebih cepat sebelum akhirnya menang di tie-break.
Set penentu juga berlangsung ketat. Raducanu bertahan sampai akhir meski merasa tidak enak badan dan meminta bantuan medis. Kekalahan 4-6, 7-6(3), 2-6 tidak menggambarkan seluruh cerita.
Permainan Raducanu melawan Pegula menunjukkan level pemain Top 10 WTA. Dia bertarung setara dengan finalis US Open tahun lalu dan memberikan perlawanan sengit sebelum akhirnya menyerah.
"Itu pertandingan sulit. Aku bermain bagus di set pertama, sedikit turun di set kedua, tapi bisa bangkit dan unggul 2-0 di tie-break. Tapi tiba-tiba semuanya berubah," kata Pegula. "Dia mulai memukul bola dengan sangat baik, servisnya solid... kadang itu terjadi. Aku hanya ingin datang lebih kuat di set ketiga dan langsung menekannya."
Peningkatan Signifikan dalam Permainan RaducanuPeningkatan servis Raducanu terlihat jelas sepanjang minggu ini, mungkin berkat kembalinya Mark Petchey ke tim pelatihannya.
Awal Miami Open, Raducanu dikejutkan oleh keluarnya pelatih Vladimir Platenik setelah hanya satu pertandingan. Namun, hal itu membuka jalan bagi Petchey—yang sebelumnya menjadi komentator di Tennis Channel—untuk kembali melatih.
Meski ini hanya solusi sementara, dampaknya besar. Gerakan servis Raducanu jauh lebih baik, dan masalah double fault yang lama menghantuinya juga hilang.
Pukulan kerasnya dari garis belakang kembali memukau, dan return servisnya—terutama saat menyerang servis kedua lawan—sulit dihadapi.
Hadiah dan Lonjakan PeringkatAtas usahanya di Miami, Raducanu mendapatkan hadiah uang sebesar Rp3,1 miliar (setara $189.075) dan akan kembali ke 50 besar WTA saat peringkat diperbarui Senin depan.
Yang lebih berharga adalah pulihnya kepercayaan dirinya setelah hasil terbaiknya sejak kemenangan di US Open tiga setengah tahun lalu.
Versi terbaru Raducanu yang terlihat di Miami membuktikan bahwa dia masih bisa bersaing di level tertinggi. Bulan yang dimulai dengan keraguan akan masa depannya kini ditutup dengan harapan baru: Raducanu bisa kembali ke 10 besar WTA sebelum akhir tahun(*/saf/tennis)
(lam)