LANGIT7.ID-Afrika; Muslim di negara Maroko ini tidak akan melakukan ritual kurban akibat instruksi kerajaan, yang meminta warganya menghindari praktik tersebut karena kesulitan ekonomi yang semakin dalam dan krisis pertanian berkepanjangan.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, Maroko akan merayakan Idul Adha — "Hari Raya Kurban" — tanpa ritual utamanya: penyembelihan domba.
Muslim di negara Afrika Utara itu, Maroko, tidak akan melakukan ritual kurban karena arahan dari Raja Mohammed VI. Sang raja meminta warganya menahan diri dari praktik tersebut akibat kesulitan ekonomi yang semakin parah dan krisis pertanian yang berkepanjangan, menurut laporan
The Guardian.
Dalam pernyataan yang disiarkan Februari lalu oleh Menteri Urusan Islam Maroko di saluran TV pemerintah *Al Aoula*, raja mengatakan, "Melakukannya dalam kondisi sulit seperti ini akan menimbulkan dampak buruk bagi sebagian besar rakyat kami, terutama mereka yang berpenghasilan rendah." Sang penguasa, yang juga merupakan otoritas agama tertinggi kerajaan, menambahkan bahwa ia akan melakukan kurban atas nama seluruh warga Maroko.
Negara Afrika Utara itu telah menderita akibat kekeringan selama enam tahun, yang sangat memengaruhi populasi ternak. Laporan menyebutkan bahwa kawanan domba telah berkurang hampir 38 persen sejak 2016. Dengan pasokan yang menyusut, harga melambung tinggi. Tahun lalu, seekor domba dijual hingga $600 (sekitar Rp9,8 juta), jauh melebihi upah minimum bulanan Maroko sebesar $324 (Rp5,3 juta). Akibatnya, banyak keluarga tidak mampu lagi mengikuti tradisi ini. Survei oleh Moroccan Centre for Citizenship menemukan bahwa 55 persen rumah tangga kesulitan menanggung biaya hewan kurban.
Menanggapi krisis ini, pemerintah Maroko menanggung bea masuk dan pajak pertambahan nilai untuk sapi dan domba dalam anggaran 2025 untuk membantu mengendalikan harga.
Meskipun arahan raja ini termasuk langka, bukan berarti tanpa preseden. Ayahnya, Raja Hassan II, pernah membatalkan kurban Idul Adha tiga kali selama masa pemerintahannya — saat perang, kekeringan, dan saat program penghematan IMF yang menghapus subsidi pangan diberlakukan.
Maroko, di mana lebih dari 99 persen penduduknya beragama Islam, memiliki tingkat konsumsi daging merah tertinggi di Afrika.(*/saf/theindianExpress)
(lam)