Taubat dan permohonan maaf adalah amalan mulia di sisi Allah SWT. Sehingga setiap muslim diharuskan untuk bisa bertaubat kepada Allah dan saling bermaafan kepada sesama manusia.
Oleh karena itu, janganlah pernah mau berdamai dengan nafsu yang akan mendorong kita pada jurang maksiat. Tidak akan pernah ada yang dimuliakan oleh dia kecuali setelah menghinakannya.
Konsultan Syari'ah, Ustaz Faisal Abdul Aziz Arbi menyebut ada dua syarat utama untuk mendapatkan kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah SWT pada hamba-Nya.
Motivator Muslim Indonesia, Kiki F Wijaya mengatakan setiap manusia diberikan permata kehidupan yang sifatnya tidak kasat mata. Adapun permata tersebut terbagi menjadi empat yakni akal, agama, rasa malu, dan amal saleh.
Dia pun merumuskan penyebab ahli ibadah yang masih berbuat maksiat menjadi dua hal. Pertama adalah gagal dalam kekhusyukan, keikhlasan, dan kesempurnaan beribadah.
Jadi kalau ada kalau ada yang mau cita-cita. Apa cita-cita mu? Saya bercita-cita ingin menjadi orang yang dicintai Allah SWT, disukai dan diridhoi Allah. Sudah cukup, ujar Aa Gym dalam kajian pagi yang diikuti Langit7, Kamis (12/1/2022).
Jangan sampai, di hari hisab nanti, kita termasuk mereka yang amalnya ditimbang di hari akhir, tetapi beratnya tidak lebih dari tiupan debu. Karena tidak ada niat, tanpa ikhlas, dan tidak dikerjakan.
Orang yang yakin Allah bersamanya, yakin Allah melihat amalnya, dan yakin Allah mengijabah doa-daonya. Nah, di sanalah ada kebahagiaan. Jadi orang yang berimanlah dasarnya mereka mendapatkan kebahagiaan fiddunya wal akhirah, ujar Ustaz Fatih.
Dalam kehidupan ini pastilah kita banyak menemui masalah. Akan tetapi, bagaimana menyikapi permasalahan yang terjadi dan bagaimana seseorang menyelesaikannya, tentu bergantung pada diri orang itu sendiri.
Kita bisa melihat betapa lemah dan terpecah belahnya umat Islam saat ini. Umat Islam di Yaman, Suriah, Palestina, Irak, dan Afghanistan sebelumnya adalah mereka yang hidup dalam kemuliaan.
Pembina Yasasan Percikan Iman Bandung, Ustaz Aam Amiruddin menafsirakan perkataan Imam Hasan Al Bashri rahimakumullah terkait mengingat dosa dan khawatir akan masuk surga.