LANGIT7.ID–Jakarta; Skor akhir 6-0 mungkin sudah cukup menggambarkan ketimpangan antara Jepang dan Indonesia di laga terakhir Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Namun lebih dari sekadar angka, pertandingan di Stadion Panasonic Suita, Osaka, Selasa (10/6), menunjukkan bahwa Jepang benar-benar memperlakukan laga ini seperti sesi latihan bebas — dengan Indonesia sebagai lawan pasif yang hanya bisa bertahan dan berdoa.
Mulai dari Takefusa Kubo hingga penyerang muda Hosoya, permainan Jepang begitu cair, tanpa tekanan berarti, dan nyaris tanpa gangguan dari lini pertahanan Indonesia. Kubo bermain layaknya sutradara utama, bebas mengatur tempo, membuka ruang, dan menciptakan peluang dengan kelincahan dan kecerdasannya. Ia bahkan mencetak satu gol dan menjadi kreator dalam beberapa situasi kunci, termasuk assist yang berujung pada gol kelima.
Baca juga: Wajah Penuh Luka: Indonesia Kalah Telak dari Jepang di Laga TerakhirDominasi Jepang begitu mutlak hingga mereka mampu memainkan bola dengan tempo lambat, lalu secara tiba-tiba menusuk ke jantung pertahanan Indonesia. Tak ada pressing agresif dari skuad Garuda, tak ada ancaman nyata dalam transisi menyerang. Ketika Hosoya mencetak gol keenam di menit ke-80 setelah menerima umpan dari Tawaratsumida, barisan pemain Indonesia hanya mampu menyaksikan tanpa reaksi, seolah kelelahan secara mental dan fisik.
Laga ini terasa seperti latihan internal Jepang — tidak hanya karena skor telak, tapi juga karena betapa mudahnya mereka menembus lini per lini Indonesia. Tim asuhan Patrick Kluivert tak mampu memegang bola lebih dari beberapa detik, dan peluang mencetak gol hanya datang satu kali, itupun gagal dimaksimalkan.
Baca juga: 6 Gol Tanpa Balas! Indonesia Tak Berdaya Hadapi Serangan Samurai BiruSementara di sisi lapangan, para pemain cadangan Jepang yang masuk seperti Sano bersaudara, Tawaratsumida, dan Nakamura justru tampil menggila. Mereka seolah mengincar tempat di starting eleven dengan permainan yang cepat, tajam, dan penuh determinasi. Sebaliknya, pergantian yang dilakukan Indonesia tak membawa perubahan signifikan. Malah dua dari lima pergantian terjadi karena cedera — menambah panjang daftar masalah yang dihadapi Garuda malam itu.
Jika ada yang bisa diapresiasi dari Indonesia, mungkin hanya Emil Audero, sang kiper yang melakukan beberapa penyelamatan gemilang di babak kedua. Namun sisanya? Sebuah peringatan keras bahwa lolos ke ronde keempat bukanlah jaminan kesiapan menghadapi level dunia.
Baca juga: Indonesia Dibantai Jepang 3-0 di Babak Pertama, Kubu Garuda Kocar-Kacir!Hasil ini menjadi pengingat pahit betapa besar jurang kualitas yang harus ditutup jika Indonesia ingin benar-benar bersaing — bukan sekadar hadir — di Piala Dunia. Jepang bukan hanya unggul teknis, tapi juga menunjukkan etos kerja, mentalitas, dan kedisiplinan taktik yang jauh di atas.
(lam)