LANGIT7.ID-, -
Israel telah menewaskan lebih dari 270 jurnalis dan pekerja media sejak melancarkan
perang di Gaza. Belum lama terjadi, lima jurnalis tewas oleh Israel dalam serangan "double tap" di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis pada Senin lalu, dengan total korban jiwa sedikitnya 21 orang.
Serangan tersebut, yang menargetkan jurnalis yang bekerja untuk Al Jazeera, Reuters, Associated Press (AP), dan kantor berita lainnya, merupakan salah satu serangan paling mematikan dari sekian banyak serangan Israel yang menghantam rumah sakit dan pekerja media selama hampir dua tahun serangan genosida tersebut.
Di antara jurnalis yang terbunuh adalah Mohammad Salama dari Al Jazeera, juru kamera Reuters Hussam al-Masri, Mariam Abu Daqqa, jurnalis lepas yang bekerja untuk AP saat itu, serta Ahmed Abu Aziz dan Moaz Abu Taha.
Pada 11 Agustus, jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif (28) tewas bersama tiga rekannya dalam serangan yang disengaja oleh Israel, terhadap sebuah tenda media yang melindungi para jurnalis di luar gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza.
Secara total, tujuh orang tewas dalam serangan tersebut, termasuk koresponden Al Jazeera Mohammed Qreiqeh (33) dan juru kamera Al Jazeera Ibrahim Zaher (25), serta Mohammed Noufal (29).
Israel Sengaja Membunuh Jurnalis Al JazeeraIni bukan pertama kalinya Israel menargetkan jurnalis Al Jazeera yang meliput perang di Gaza. Sebelum pembunuhan pada bulan Agustus, setidaknya lima jurnalis Al Jazeera lainnya telah dibunuh oleh Israel, sehingga total korban tewas menjadi 10 orang dalam 22 bulan terakhir.
Juru kamera Al Jazeera Samer Abudaqa menjadi sasaran serangan udara Israel saat melaporkan berita bersama kepala biro Gaza, Wael Dahdouh, yang terluka dalam serangan yang sama.
Baca juga: Israel Akan Bangun Permukiman untuk Mengubur Ide Negara Palestina, PBB dan Uni Eropa pun MenentangAbudaqa dibiarkan mati kehabisan darah di sekolah Farhana di Khan Younis, tempat mereka syuting, karena pekerja darurat dihalangi oleh militer Israel untuk mencapai lokasi tersebut.
Pada tanggal 7 Januari 2024, putra sulung Wael dan sesama jurnalis Al Jazeera, Hamza Dahdouh, tewas dalam serangan rudal terhadap kendaraan yang ditumpanginya di Khan Younis.
Kemudian pada 31 Juli 2024, Ismail al-Ghoul dan juru kameranya, Rami al-Rifi, tewas dalam serangan Israel di kamp pengungsi Shati, meskipun kendaraan mereka memiliki tanda media yang jelas dan keduanya mengenakan rompi yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota media berita.
Pada tanggal 15 Desember, Israel membunuh jurnalis Al Jazeera Ahmed al-Louh dalam serangan udara di kamp Nuseirat di Gaza tengah. Lalu 24 Maret, Hossam Shabat (23), tewas dalam serangan Israel di bagian timur Beit Lahiya di Gaza utara.
Sementara itu, menurut sebuah data dari proyek Biaya Perang Universitas Brown, jumlah jurnalis yang terbunuh di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 lebih banyak daripada jumlah total korban tewas dalam Perang Saudara AS, Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Perang Vietnam, perang di bekas Yugoslavia, dan perang pasca-9/11 di Afghanistan.
(*/lsi/aljazeera)
(lsi)