Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Selasa, 11 November 2025
home sosok muslim detail berita

Kisah KH Abdul Karim Ubah Lirboyo dari Daerah Angker Menjadi Desa Agamis

esti setiyowati Rabu, 15 Oktober 2025 - 17:45 WIB
Kisah KH Abdul Karim Ubah Lirboyo dari Daerah Angker Menjadi Desa Agamis
KH Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Foto: Istimewa.
LANGIT7.ID-, Jakarta - - Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur adalah salah satu lembaga pendidikan agama tertua di Indonesia yang sarat dengan sejarah unik.

Dalam catatan sejarah, Pesantren Lirboyo ikut berperan saat masa perjuangan dengan mengirim santri-santrinya ke medan perang, salah satunya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

Melansir laman resmi Kota Kediri, pondok ini bermula dari sebuah desa terpencil di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.

Baca juga: 6 Ulama Terkenal di Indonesia Jebolan Ponpes Lirboyo, Nggak Kaleng-kaleng

Desa ini dulunya dikenal sebagai sarang penyamun dan perampok.

Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat kaitannya dengan dengan awal mula KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M.

Setelah kelahiran putri pertamanya, Hannah, dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh), putri Kiai Sholeh Banjarmelati.

Kiai Abdul Karim pindah ke Lirboyo atas desakan sang mertua yang saat itu dikenal sebagai seorang da'i. Kiai Sholeh berharap sang menantu dapat mensyiarkan Islam lebih luas lagi.

Selain itu, dorongan dari sang mertua, perpindahan Kiai Abdul Karim juga atas permohonan kepala desa Lirboyo saat itu.

Permintaan tersebut sebagai ikhtiar mengubah Lirboyo dari desa angker dan rawan kejahatan menjadi wilayah yang aman dan tenteram.

Konon ketika pertama kali Kiai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani. Saat itu juga penduduk desa tidak bisa tidur semalaman.

Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah waqaf tersebut, Kiai Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Dalam perjalanannya, Ponpes Lirboyo telah melahirkan banyak tokoh Kiai Ulama dan Umara.

Baca juga: Trans7 Singgung Ponpes Lirboyo, MUI: Tidak Profesional dan Tendensius

Sosok KH Abdul Karim, Pendiri Pesantren Lirboyo

Abdul Karim lahir di Desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada 1856. Ia merupakan anak dari pasangan Kiai Abdur Tahim dan Nyai Salamah.

Manab adalah nama kecil beliau dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Saat usia 14 tahun, Kiai Abdul Karim mulai melanglang buana dalam menimba ilmu agama dan saat itu beliau berangkat bersama sang kakak, Kiai Aliman.

Ia pertama kali menimba ilmu agama di sebuah pesatren di Desa Babadan, Gurah, Kediri. Kemudian,Kiai Abdul Karim melanjutkan pencariannya ke daerah Cepoko, 20 km arah selatan Nganjuk. Ia belajar di sini kurang lebih selama 6 tahun.

Setelah itu, dia meneruskan ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk dengan memperdalam pengkajian ilmu Al-Quran.

Dikenal haus akan ilmu, Kiai Abdul Karim meneruskan belajar ke Pesantren Sono, pondok yang terkenal dengan ilmu Shorof, selama 7 tahun.

Dia juga tercatat pernah nyantri di Pondok Pesantren Kedungdoro, Sepanjang, Surabaya. Lagi-lagi, Kiai Abdul Karim meneruskan pengembaraan ilmu di salah satu pesantren besar di pulau Madura, asuhan ulama’ kharismatik; Syaikhona Kholil Bangkalan. Cukup lama beliau menuntut ilmu di Madura, sekitar 23 tahun.

Baca juga: Viral Seruan Boikot Trans7, Diduga Lecehkan Pesantren dan Kiai Lirboyo

Di usia 40 tahun, dia berangkat ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim untuk belajar. Pondok itu diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH Hasyim Asy’ari.

Di sini kisah cinta Kiai Karim bermula, di mana KH. Hasyim Asy’ari menjodohkannya dengan putri Kiai Sholeh dari Banjarmelati Kediri, pada 1328 H/ 1908 M.

Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah Binti KH. Sholeh, yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh.

Dua tahun kemudian KH. Abdul karim bersama istri tercinta hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo, tahun 1910 M. Disinilah titik awal tumbuhnya Pondok Pesantren Lirboyo.

Pada 1950-an, saat KH Abdul Karim menunaikan ibadah haji kondisi kesehatannya mengkhawatirkan. Namun ia tetap bertekad berangkat haji. Ia ditemani sahabat akrabnya KH Hasyim Asy’ari dan seorang dermawan asal Madiun H. Khozin.

Pada akhirnya, pada tahun 1954, 21 Ramadhan 1374 H, KH. Abdul Karim meninggal dunia. ia dimakamkan di belakang Masjid Lirboyo.

Baca juga: Safari Ramadhan di Nganjuk, Santri Lirboyo Isi Kuliah Subuh hingga Pengajian Umum

(est)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Selasa 11 November 2025
Imsak
03:56
Shubuh
04:06
Dhuhur
11:40
Ashar
15:00
Maghrib
17:51
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan